Nestle Indonesia merupakan perusahaan makanan dan minuman pertama yang bergabung dengan Project Stop Ocean Plastics (STOP) sebagai mitra strategis dan penyandang dana utama dalam kemitraan di Pasuruan, bersama dengan Siegwerk, salah satu penyedia tinta cetak dan pelapis global terkemuka. Diluncurkan pada tahun 2017 oleh Borealis dan Systemiq, Project STOP bekerja sama dengan sejumlah daerah di Indonesia untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang sirkular dan efektif.
Didukung oleh sektor industri dan mitra pemerintah, Project STOP bertujuan untuk mencapai nol kebocoran sampah ke lingkungan, mendaur ulang lebih banyak plastik, membangun program yang berkelanjutan secara ekonomi, dan berkontribusi pada ekonomi serta kesehatan masyarakat setempat. Prawitya Soemadijo, Direktur Sustainability Nestle Indonesia mengatakan visi perusahaan adalah tidak ada sampah plastik yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ataupun mencemari lingkungan.
“Nestle sangat bangga mendukung Project STOP untuk mencapai kemandirian dan menjaga kemasan bernilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan kembali serta residu agar tidak mencemari alam. Lebih jauh, upaya kolaborasi ini juga turut mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target 70% penanganan sampah dengan benar,” ujar Prawitya dalam keterangannya.
BACA JUGA: Gandeng Qyos, Nestle Luncurkan Studi Kemasan Isi Ulang
Sementara itu, Janathanan Nallasura, Presiden Direktur Siegwerk menjelaskan lingkungan yang bersih merupakan hak asasi yang fundamental. Project STOP menunjukkan sistem pengelolaan sampah dapat dibangun dan dikelola secara finansial jika semua pihak berpartisipasi.
“Kami percaya bahwa kesuksesan ini dapat direplikasi. Pendekatan lintas sektor dalam pengelolaan sampah sangat penting untuk dilakukan dalam memastikan keberlanjutan sistem. Upaya ini tidak dapat terwujud tanpa adanya komitmen yang kuat dari pemerintah di Indonesia dan Pasuruan, termasuk masyarakat,” tutur Janathanan.
Sebagai informasi, Project STOP mendapatkan capaian penting pada tahun ini dengan serah terima kemitraan kedua di kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Kemudian menjalankan target dan mendemonstrasikan bagaimana kemitraan sektor publik dan swasta dapat mengurangi sampah dan kebocoran plastik ke lingkungan, serta mendukung sirkularitas.
Dalam kesempatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), Project STOP menyerahterimakan inisiatif ini kepada pemerintah Pasuruan untuk dikelola secara mandiri oleh pemerintah daerah dan masyarakat di kecamatan Lekok dan Nguling. Partisipasi masyarakat merupakan jantung dari program.
BACA JUGA: Kitkat X Aerostreet, Strategi Nestle Indonesia Engage dengan Anak Muda
Hingga saat ini, Project STOP Pasuruan telah menjangkau lebih dari 132.000 individu melalui layanan pengangkutan sampah, serta melakukan komposting dan daur ulang sampah di dua fasilitas TPS3R. Tiap TPS3R memiliki kapasitas 25 ton per hari, dengan biaya sistem penuh mencapai US$ 39 per ton di Lekok dan US$ 35 per ton di Nguling, menciptakan 120 lapangan pekerjaan bagi masyarakat, dan mengumpulkan lebih dari 5.000 ton sampah, termasuk di antaranya 700 ton plastik.
Editor: Ranto Rajagukguk