Nestle Indonesia soal Sustainability: Mahal, tapi Nanti Lebih Mahal
Produsen makanan dan minuman Nestle Indonesia membeberkan pandangannya terkait keberlanjutan lingkungan atau sustainability. Perusahaan mengakui proses menciptakan lingkungan yang lebih hijau bukanlah jalan yang mudah.
“Keberlanjutan itu susah. Keberlanjutan itu mahal. Kenapa saya katakan mahal? Untuk minuman UHD Nestle, sedotan plastik sudah diganti menjadi kertas. Masalahnya sedotan kertas lebih mahal dan Nestle Indonesia merupakan yang pertama menggunakan sedotan kertas. Tanpa paksaan,” kata Ganesan Ampalavanar, Presiden Direktur PT Nestle Indonesia saat ditemui di kantor perusahaan di Jakarta, Kamis (22/12/2022).
BACA JUGA: Tegaskan Prinsip Sustainability, Ini Empat Fokus Utama Nestlé
Dengan biaya produksi yang naik, maka harga jual juga turut meningkat. Ini yang disebut Ampalavanar menjadi tantangan yang juga cukup sulit, namun perlu untuk dilakukan perusahaan.
“Semua perkara keberlanjutan membutuhkan usaha lebih. Kita harus mengawal cost. Mungkin konsumen belum bersedia menerima perubahan dari sisi cost,” katanya.
Prawitya D Soemadijo, Sustainability Director Nestle Indonesia mengatakan perkara keberlanjutan seperti investasi jangka panjang. Menjaga keberlanjutan juga dinilai mampu membentuk citra yang baik terhadap perusahaan.
“Lingkungan tak cuma sekarang, tapi ke depan dan untuk generasi ke depan. Kita berkomitmen untuk lingkungan. Kita punya pabrik harus diatur karbon emisinya. Konsumen sudah mulai sadar tentang lingkungan. Perubahan iklim belum, tapi plastik. Ke depannya konsumen akan melihat perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan,” ujar perempuan yang karib disapa Essy ini.
BACA JUGA: Upaya Nestle Indonesia Bantu Peternak Jawa Timur Cegah Wabah PMK
Ampalavanar juga menjelaskan bahwa perusahaan sudah membuat keputusan. Dia menegaskan keberlanjutan harus dilakukan sesegera mungkin.
“Menunggu bukan pilihan. Selagi kita menunggu, cost kepada planet, komunitas, indonesia akan meningkat. kita mengambil langkah pertama dan ini tidak cukup. Ada beribu langkah yang perlu kita ambil untuk mencapai net zero emission. Bukan hanya Nestle Indonesia yang perlu mengambil langkah ini. Untuk mencapai net zero emission, kita butuh bantuan seluruh upstream dan downstream,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk