Nestle Luncurkan Snack dengan Kemasan Kertas

marketeers article

Raksasa pemain industri makanan dan minuman Nestle SA menciptakan kemasan produk makanan ringan yang terbuat dari kertas. Inovasi ini diimplementasikan kepada produk snack bar Nestle, yaitu YES!

Didorong oleh gerakan peduli lingkungan di seluruh dunia, berbagai jenis industri berlomba-lomba untuk menghadirkan inovasi baru yang lebih ramah lingkungan pada produk mereka. Apalagi, pada Juni 2019, aktivis lingkungan mengirimkan boneka monster plastik raksasa ke kantor pusat Nestle di Arlington, Virginia, Amerika Serikat.

Tidak hanya itu, aktivis lingkungan Greenpeace juga sempat memberi kritik kepada Nestle mengenai ketidak-inginan perusahaan ini dalam mengurangi kemasan plastik sekali pakai. Atas dorongan inilah, Nestle mulai melakukan beberapa penelitian untuk menciptakan solusi daur ulang dari kemasan produknya.

“Konsumen ingin membuat perubahan dengan membuat pilihan dalam membeli. Kami ingin mencoba merubah bahan kemasan bagi makanan ringan dengan bahan yang lebih ramah lingkungan demi masa depan,” ujar Alexander von Maillot, Head of Confectionery Nestle SA seperti dikutip dari Reuters.

Kemasan terbaru ini mengandung kertas dan lapisan air yang bisa melindungi isi makanan ringan setara dengan plastik. Penggunaan lapisan ini tentu lebih aman karena lebih mudah hancur dan tidak menimbulkan efek samping pada tanah atau air layaknya sampah plastik.

“Nestle berusaha untuk membuat perubahan ini terlihat logis dengan menghadirkan kemasan kertas untuk produk YES! karena produk ini mempromosikan bahan-bahan natural dengan sasaran pasar anak muda yang lebih paham akan keberlangsungan lingkungan,” kata Neil Sanders, Managing Director GlobalData Retail.

Aksi inovasi Nestle ini tidak hanya akan berhenti di satu produk. Perusahaan ini juga meluncurkan produk susu berperisa (perasa), Nesquick dengan kemasan kertas dan akan mengganti kemasan Milo dengan bahan yang sama pada tahun 2020. Rencananya, Nestle akan mengganti semua kemasan produknya dengan bahan yang bisa didaur ulang pada tahun 2025.

Editor: Sigit Kurniawan

 

Related