Program pengembangan pariwisata yang mengusung nomadic tourism sedang digencarkan. Berbeda dengan program destinasi digital yang diperuntukkan bagi wisatawan nusantara, nomadic tourism justru lebih menyasar wisatawan mancanegara atau kelas menengah ke atas (high-end). Hal ini terbukti dari kisaran harga yang dicetuskan Menteri Pariwisata Arief Yahya untuk memasarkan nomadic tourism yang pertama akan diluncurkan di tiga destinasi prioritas pariwisata Indonesia.
“Jangan terbalik, justru pembangunan pertama nomadic tourism ini dikhususkan untuk wisatawan high-end. Satu malam di caravan-nya saja bisa USD 1.000,” tutur Arief Yahya. Jika dikonversikan USD 1.000 dengan kurs USD 1 sama dengan Rp 13.735, berarti menginap satu malam di caravan atau glamping mencapai lebih dari Rp 13 juta.
Arief pernah mengatakan harga caravan terbaik yang akan dijual kepada investor seharga Rp 3 miliar. Caravan yang digunakan untuk nomadic tourism, menurut Menpar, adalah yang terbaik di dunia yaitu dari Australia. “Caravan kita ambil yang terbaik di dunia, ada di US dan Australia, kita ambil yang di Australia,” tutur Arief Yahya.
Nomadic tourism berperan menjadi solusi sementara pembangunan bandara, hotel, maupun homestay yang membutuhkan waktu lama terlebih lokasinya di kepulauan. Konsep nomadic tourism menggunakan seaplane atau pesawat yang bisa mendarat di air sebagai aksesnya. Serta caravan, glamping dan home pod sebagai amenitasnya.
Di sini, para pelaku turisme ditantang untuk berkreasi dalam menyambut para wisawatan nomadic tersebut. Sudah siap?