Permasalahan kesehatan di Indonesia masih menjadi tantangan besar. Angka kekurangan gizi yang masih tinggi dibarengi dengan rendahnya pengetahuan pemenuhan gizi yang cukup menjadi faktor terbesar masalah ini.Belum lagi, akses terhadap makanan bergizi dan multivitamin yang masih menjadi barang mewah untuk sebagian besar masyarakat.
Perusahaan kesehatan Bayer menjadikan masalah ini sebagai cara untuk mewujudkan visinya. Berangkat dari visi Health for All, Hunger for None, Bayer mengenalkan program Nutrient Gap Initiative di Indonesia. Program ini ditargetkan untuk memperluas akses vitamin dan mineral, terutama untuk masyarakat rentan.
“Program ini merupakan bagian dari Nutrient Gap Initiative secara global yang menyasar 1 juta perempuan dan bayi di Indonesia untuk mendapatkan akses kecukupan nutrisi baik. Target ini harus terpenuhi setiap tahunnya hingga tahun 2030,” ungkap Kinshuk Kunwar, Direktur Bayer Indonesia.
Lebih lanjut, Kinshuk mengungkapkan bahwa perusahaannya percaya dengan memberdayakan perempun dengan kemampuan perawatan kesehatan mandiri, makan akan menciptakan dampak yang baik untuk lingkungan dan sosial di sekitarnya.
“Apalagi di masa pandemi COVID-19 ini. Perhatian terhadap kualitas imun sangatlah penting. Para Ibu di rumah harus memahami pentingnya asupan suplemen kesehatan untuk meningkatkan kualitas kesehatan dimulai dari keluarga,” tambahnya.
Dalam program ini, Bayer menggandeng Mercy Coorps untuk memberikan intevensi, edukasi, dan advokasi kesehatan bagi Ibu-Ibu target program. Selain itu, program ini juga menjadi cara Bayer untuk menyesuaikan portofolio dan jaringan distribusinya. Tujuannya agar produk kesehatan semakin mudah dijangkau.
Masalah kesehatan masih tinggi
Masalah kekurangan vitamin dan mineral (mikronutrisi) masih menjadi perhatian khusus di Indonesia. Bayer mencatat hampir 50% perempuan muda dan remaja perempuan di negara berkembang tidak mendapatkan asupan nutrisi yang memadai.
Data dari Office of Drug Control Pemerintah Amerika Serikat pun mengungkapkan setengah dari anak-anak di bawah usia lima tahun di seluruh dunia menderita kekurangan mikronutrisi, vitamin, dan mineral. Kondisi ini dapat memengaruhi kualitas pertumbuhan dan berdampak hingga seumur hidup. Jika siklus kekurangan nutrisi ini akan terus terjadi jika tidak diputus tentu akan berbahaya dan akan menimbulkan siklus kemiskinan.
“Langkah yang dilakukan Bayer perlu dilakukan karena masalah ini harus diselesaikan bersama-sama. Harus disadari peningkatan kesehatan adalah tanggung jawab bersama,” pungkas Kinshuk.
Editor: Eko Adiwaluyo