Nutrifood Mendukung Program Studi Teknologi Pangan Universitas Atmajaya

marketeers article

Kehadiran bioteknologi sebagai ilmu yang mampu melipatgandakan produksi pangan secara efektif dengan hasil yang bermutu tinggi, membuat tantangan tersendiri bagi para pelaku dunia pendidikan Indonesia. Tantangan itu terkait dengan bagaimana sebuah institusi pendidikan mampu mencetak insan-insan yang memiliki kapabilitas dan integritas yang tinggi dalam merekayasa struktur, fungsi, dan mekanisme biologis dalam memanfaatkan sumberdaya pangan secara seimbang.

Menjawab tantangan tersebut, Universitas Atmajaya pada Rabu (19/06) mengumumkan pembukaan program studi terbarunya yaitu Teknologi Pangan di bawah Fakultas Bioteknologi. Menurut Dekan Fakultas Bioteknologi Unika Atmajaya, Dr. Diana Elizabeth Waturangi, M.Si, dibukanya program studi baru ini bertujuan untuk memajukan biologi modern dan teknobiologi di Indonesia melalui pendidikan.

“Program ini akan memberikan materi mengenai nutrigenomics atau Personalized Nutrition sebagai salah satu mata kuliahnya. Kurikulum pun dirancang sedemikian rupa sehingga lulusannya diharapkan akan memiliki kompetensi untuk mengembangkan Teknologi Pangan dan Teknobiologi,” ujar Diana saat konferensi pers di Restoran Kembang Goela, Jakarta Pusat.

Sejalan dengan penelitian yang akan dikembangkan dari program Teknologi Pangan ini, banyak perusahaan di bidang kesehatan dan pangan mengajak bekerjasama dalam menciptakan pangan yang berkualitas bagi produk ciptaannya.

Kesempatan itu langsung dimanfaatkan oleh Nutrifood, produsen makanan dan minuman kesehatan bernutrisi yang telah berdiri sejak 34 tahun lalu. Perusahaan yang menyediakan produk dan layanan untuk gaya hidup sehat ini mendukung penuh pelaksanaan program studi Teknologi pangan di Universitas swasta terbaik ketiga se-Indonesia itu. Melalui Head of Nutrifood Research Center Division, Susana STP, MSC, PD Eng, mengatakan bahwa pelaksanaan program Teknologi Pangan itu sesuai dengan visi dan misi Nutrifood dalam mengembangkan industri pangan lokal maupun global.

“Kehadiran Teknologi Pangan di Unika atmajaya membuka peluang bagi dunia usaha untuk pengembangan kualitas produk pangannya melalui sumber daya manusia berkompeten yang akan lulus dari program studi ini. Kami akan terus mendukung program studi ini, khususnya dalam riset yang berhubungan dengan pangan dan kesehatan,” ujar Susana.

Melirik pencapaian bioteknologi pangan di ranah global, menurut laporan Global Status of Commercialized Biotech/GM Corps tahun 2009 menyebutkan 8 negara teratas yang menanam lebih dari 1 juta hektar tanaman biotek, antara lain Amerika Serikat (64 juta ha), Brasil (21,4 juta ha), Argentina (21,3 juta ha), India (8,4 juta ha), Kanada (8,2 juta ha), China (3,7 juta ha), Paraguay (2,2 juta ha), dan Afrika Selatan (2,1 juta ha).

Indonesia? Ini akan menjadi tantangan ril yang harus dihadapi bagi para sarjana Teknologi Pangan mendatang.

Related

award
SPSAwArDS