Indonesia diprediksi bakal mengalami bonus demografi penduduk usia produktif mencapai 64% dari total 297 juta jiwa jumlah penduduk pada tahun 2030. Persoalan lapangan pekerjaan yang mencukupi menjadi tanda tanya besar. Namun, sejumlah pihak meyakini hal ini bisa ditanggulangi dengan menyiapkan para wirausaha muda di bidang industri kreatif.
Industri kreatif di Indonesia mencatatkan kontribusi yang terus meningkat terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dalam tiga tahun terakhir. Catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukkan pada tahun 2015, sektor ini menyumbang sebesar Rp852 triliun, sedangkan pada 2016 mencapai Rp 923 triliun, dan bertambah menjadi Rp 990 triliun pada tahun 2017. Tahun 2018 diproyeksi tembus hingga Rp 1.000 triliun.
“Menyambut bonus demografi pada tahun 2030 nanti, perlu dipersiapkan pengusaha-pengusaha muda yang juga siap menghadapi era revolusi industri 4.0,” kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin, Gati Wibawaningsih di Jakarta, Selasa (23/10/2018).
Tercatat ada tiga subsektor yang memberikan sumbangsih besar terhadap ekonomi kreatif, yakni industri kuliner sebesar 41,69 persen, disusul industri fesyen sebesar 18,15 persen, dan industri kriya sebesar 15,70 persen.
Subsektor kriya, fesyen, film, animasi dan video, serta aplikasi dan pengembangan permainan pun tengah disoroti untuk mengembangkan industri kreatif nasional. Siapa pun yang ingin terjun dan mengembangkan industri kreatif dapat mengikuti sejumlah program yang diberikan pihak swasta maupun pemerintah. Contohnya, program Creative Business Incubator (CBI).
“Dalam rangka menyiapkan pengusaha muda di bidang ekonomi kreatif, Direktorat Jenderal IKM melalui Bali Creative Industry Center (BCIC) melaksanakan program CBI,” ungkap Gati. Kali ini, akan difokuskan pada pemberian pelatihan dan bimbingan untuk wirausaha muda sektor industri kriya dan fesyen.
Gati menjelaskan, dalam pelaksanaan CBI tahun 2018, Ditjen IKM Kemenperin menggandeng Business Venturing and Development Institute (BVDI) Prasetya Mulya. Proses rekrutmen dilaksanakan secara terbuka melalui media sosial dan program Creative Talk dengan mengundang pelaku industri kreatif seperti Brodo, Duanyam, Antea Tigra, Ni Luh Djelantik, Angel Investor Network Indonesia (ANGIN) dan perwakilan dari BVDI Prasetya Mulya.
“Pelaku usaha kreatif yang mendaftar program ini sebanyak 425 orang, kemudian dilakukan seleksi untuk mendapatkan 49 orang yang memasuki tahap wawancara baik secara offline ataupun online dan kemudian dipilih sebanyak 26 pengusaha muda terbaik yang mengikuti program ini,” paparnya.
Sebanyak 26 pelaku IKM kreatif pemula yang mengikuti program ini, berasal dari wilayah Jabodetabek, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Mereka akan mendapat materi mengenai pengembangan bisnis. “Tahapan ini cukup krusial mengingat banyak pelaku usaha kreatif pemula yang sudah mampu menjalankan usahanya namun masih mengalami kendala ketika akan meningkatkan kapasitas usahanya,” imbuhnya.
Program ini akan dilaksanakan dalam dua tahap, yakni dilakukan melalui sesi camp di Jakarta mulai 21 Oktober sampai 15 Desember 2018 dan program pendampingan (coaching) yang bakal digelar pada tahun 2019 selama satu tahun.
Menurut Gati, langkah strategis ini merupakan wujud kolaborasi antara pihak pemerintah, pengusaha dan akademisi dalam perencanaan dan pelaksanaan programnya. “Misalnya, dalam menyusun kurikulum dan pelaksanaan program, kami melibatkan tim dari salah satu institusi pendidikan bisnis terbaik di negeri ini karena kami ingin memberikan pendidikan bisnis yang terbaik juga bagi pengusaha muda industri kreatif di Indonesia,” pungkasnya.
Editor: Sigit Kurniawan