Tahun 2018 menjadi tahun yang penuh dengan ketidakpastian. Uncertainty itu juga menyelimuti sektor properti tahun ini. Salah satunya di subsektor ruang perkantoran di ibu kota .
Menurut catatan konsultan properti Colliers International, pasar perkantoran di Jakarta tengah berada dalam situasi tenant-market, alias tenan atau penyewa memiliki posisi tawar yang lebih tinggi dibandingkan pemilik properti atau developer.
Senior Associate Director Colliers international Indonesia Ferry Salanto mengatakan, situasi ini membuat tenan menjadi price sensitve yang mengakibatkan pada tahun lalu, harga sewa ruang perkantoran turun 6,2%.
“Sisi positifnya, pada tahun lalu, terjadi peningkatan aktivitas penyewaan ruang perkantoran. Hanya saja, kenaikan harga tidak terjadi signifikan,” paparnya di World Trade Center 1 Jakarta, Selasa (9/1/2018).
Berdasarkan laporan Colliers Q4 2017, ada sembilan gedung baru hadir di CBD Jakarta yang menambah 501.927 m2 ruang perkantoran. Pasokan yang melimpah itu, kata Ferry, akan berdampak pada okupansi kantor yang menurun.
Sebab, pada tahun 2018, terdapat sepuluh kantor baru beroperasi di ibu kota dengan total area seluas 630.000 m2. Jika gedung tersebut seluruhnya beroperasi, menurut Ferry akan menurunkan okupansi sekitar 3%-4%.
Kendati okupansi turun, tetap ada kenaikan harga sewa properti di CBD Jakarta sebesar 1,5%-2%. Kenaikan tersebut lebih dimotori oleh harga sewa gedung baru yang sudah di atas harga rata-rata gedung perkantoran di sekitarnya.
Sedangkan untuk ruang perkantoran di luar CBD Jakarta, pasokan pada tahun ini akan bertambah lebih banyak dari tahun sebelumnya. Catatan Colliers untuk pasar ini, dari proyeksi 284.000 m2 lahan perkantoran baru yang dibuka pada tahun lalu, kenyataannya 96.000 m2 yang berhasil dibuka atau hanya sepertiganya.
Nah, ruang kantor yang delay pada tahun lalu itu dijadwalkan beroperasi pada tahun ini. Jika demikian, lanjut Ferry, kondisi itu menyebabkan okupansi ruang kantor di area non-CBD Jakarta pada akhir tahun 2018 melorot menjadi 82,5% dari torehan Q4 2017 sebesar 83,7%.
Meski okupansi turun, harga sewa di kawasan itu cenderung naik sekitar 4%. Lagi-lagi karena didongkrak oleh tingginya harga sewa gedung baru yang telah dikatrol oleh pengembang. “Dari sisi biaya konstruksi, menjual ruang kantor dengan harga yang lebih rendah agak sulit bagi developer,” ujar dia.
Ferry bilang, perusahaan perbankan dan e-commerce menjadi tenan yang aktif mencari ruang kantor. “Tahun ini, co-working space juga mulai banyak menyewa ruang perkantoran di Jakarta,” papar dia.
Editor: Sigit Kurniawan