Industri ritel menjadi salah satu industri yang terkena dampak paling besar oleh pandemi COVID-19. Menurut data dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), penjualan toko ritel pakaian mengalami penurunan hingga 80% sedangkan penjualan toko ritel bahan pangan mengalami penurunan 45% pada triwulan pertama 2020 dibanding pada tahun 2019.
“Para pemain pun sudah melakukan quick anticipation dengan melakukan social distancing, melaksanakan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah, hingga promosi melalui media sosial. Beberapa terpaksa untuk melakukan penjualan secara online,” ujar Fernando Repi, Wakil Ketua Umum APRINDO saat acara Industry Roundtable: Surviving The COVID-19 Preparing The Post, Selasa (28/04/2020).
Sebenarnya, dalam dua tahun terakhir industri ritel sedang bertransformasi menerapkan strategi omnichannel. Tetapi, pandemi COVID-19 pun membuat para pemain terpaksa melakukan transformasi lebih cepat. Beberapa pemain pun beralih pada penjualan online, baik melalui marketplace maupun WhatsApp.
“Beberapa pemain ada yang terpaksa berjualan online menggunakan WhatsApp, meskipun mereka mempunyai platform online sendiri. Hal ini karena WhatsApp dapat menjangkau konsumen lebih cepat,” tambah Fernando.
Adanya tranformasi online tersebut terlihat dari data APRINDO yang mengatakan, penjualan online dari industri ritel mengalami peningkatan mencapai 15%, namun hanya memberikan kontribusi kurang lebih 8% dari total penjualan.
Salah satu toko ritel yang menggunakan strategi omnichannel adalah Freshmart. CEO PT Kawanua Dasa Pratama (Freshmart) Andy Sumual menjelaskan bahwa di tengah pandemi seperti ini toko online dapat menjadi strategi untuk bertahan.
“Di Freshmart tidak hanya bekerja sama dengan e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia, kami juga berjualan di WhatsApp Chat karena lebih cepat pelayanannya dan dapat diantar menggunakan Gojek ataupun Grab,” jelas Andy.
Editor: Ramadhan Triwijanarko