Omni-channel menjadi buzzword akhir-akhir ini, khususnya di industri ritel offline. Perubahan pola perilaku belanja konsumen yang mengadopsi pembelian daring mengilhami para peritel offline untuk berbenah diri. Seperti yang akhirnya dilakukan oleh Metroxgroup yang mengembangkan e-commerce mereka onmezzo.com.
Onmezzo.com sebenarnya merupakan e-dagang dari ritel di bawah naungan Metroxgroup, yaitu Mezzo. Saat ini, ritel yang beroperasi sejak tahun 2012 itu memiliki 12 gerai di berbagai kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Hadirnya platform online tersebut semakin menegaskan bahwa e-commerce memang menyerang peritel offline saat ini.
“Terus terang, tahun ini memang dunia ritel dihadapi oleh serangan dari online shopping. Sehingga, Onmezzo.com menjadi cara kami mengikuti perkembangan zaman dan perilaku belanja konsumen yang dua arah, offline dan online,” papar COO Metroxgroup Ruby Sjabana kepada Marketeers beberapa waktu lalu.
Onmezzo awalnya menawarkan produk-produk yang selama ini dijual di toko Mezzo, dan nampaknya masih berfokus pada merek besar yang mereka naungi, seperti Little Things She Needs, Wakai, Paul Frank, Sperry, Keds, hingga produk penunjang olahraga di rumah seperti Shaga dan OSIM. Nantinya, Metrox akan menambah merek-merek baru di onmezzo, baik lokal maupun internasional.
Ihsan Wahab, Head of E-commerce Metroxgroup menjelaskan bahwa perusahaan sebenarnya telah masuk dunia online pada tahun 2014 dengan nama Metroxonline.com. Hanya saja, saat itu, platform tersebut hanya lah pelengkap dan belum terintegrasi dengan model bisnis offline Mezzo. Jika pelanggan mengkilk Metroxonline, mereka kini akan ditautkan ke Onmezzo.com.
Nah, melalui Onmezzo ini, Metrox akan mengintegrasikan sistem Poin of Sale (SOS) di kasir toko dengan yang ada di platform online-nya itu. Harapannya, ketika konsumen berbelanja, baik di toko fisik ataupun secara online, data mereka akan terintegrasi dalam satu server untuk kemudian diolah ke dalam berbagai aktivitas, seperti loyalty reward dan sistem pengiriman barang yang efisien.
Begitupun dengan integrasi kartu keanggotaan Metrox saat ini, yaitu ME Card yang jumlahnya sudah mencapai 60.000 anggota. Transisi dari kartu fisik yang berbasis chip ke komputasi awan ini juga akan dilakukan Metrox Group untuk memberikan layanan omni–channel yang tak setengah-setengah. “Hingga kuartal pertama 2019, onmezzo masih dalam fase pertama, yaitu peluncuran dan memperkuat pemasaran digital,” terang Ihsan.
Selanjutnya, sambung dia, pihaknya akan merilis aplikasi mobile baik di Android ataupun iOS pada kuartal dua 2019. Asal tahu saja, Onmezzo saat ini masih dalam format mobile web, sehingga terasa lebih nyaman apabila diakses melalui smartphone ketimbang PC atau laptop.
Alasannya, Metrox mengamati bahwa peningkatan mobile commerce cukup kencang di Indonesia. Dalam kata lain, milenial diduga lebih senang berbelanja daring lewat gawai mereka ketimbang di PC.
“Fase berikutnya, yaitu pada kuartal ketiga tahun depan, kami akan menjadi maret place yang tidak hanya menjual produk yang ada di Mezzo, tapi juga produk dari merek-merek lain,” papar dia.
Realiasasi target itu bakal dilakukan perusahaan berbarengan dengan keinginannya menggandeng modal ventura yang dapat menyuntikkan dana ke onmezzo. Ihsan bilang, Onmezzo bisa saja menjadi unit usaha sendiri yang tidak bernaung langsung di bawah Mezzo.
Meski semua target tersebut terlihat manis, akan tetapi onmezzo masih memiliki sejumlah Pekerjaan Rumah. Selain soal awareness, strategi menstimulus pelanggan untuk mau berbelanja online juga menjadi tantangan terberat. Pasalnya, saat perusahaan masih meraba peruntungan online lewat meroxonline.com, kontribusi pendapatannya masih kurang dari 10%.
“Porsi kami saat ini lebih banyak di offline, secara teknis untuk integrasi itu memang merupakan tantangan yang berat,” kata dia.
Editor: Eko Adiwaluyo