OpenAI telah mengungkapkan bahwa mereka telah mengembangkan metode untuk mendeteksi penggunaan ChatGPT dalam penulisan. Teknologi ini diklaim memiliki efektivitas sebesar 99,9% dengan menggunakan sistem yang mampu memprediksi kata atau frasa (disebut token) yang akan muncul berikutnya dalam sebuah kalimat.
Alat deteksi AI (artificial intelligence) ini sedikit mengubah token-token tersebut, yang kemudian meninggalkan watermark. Watermark ini tidak dapat dideteksi oleh mata manusia tetapi dapat dikenali oleh alat yang bersangkutan.
Menurut laporan AndroidAuthority, Selasa (6/8/2024), teknologi ini sebenarnya telah siap diluncurkan selama hampir setahun ke belakang, namun perusahaan belum melakukannya karena proyek ini mendapat tanggapan yang beragam secara internal.
BACA JUGA: OpenAI Kenalkan SearchGPT, Mesin Pencari Untuk Saingi Google
Di satu sisi, meluncurkan alat ini mungkin berarti mengusir sebagian pengguna ChatGPT, tetapi di sisi lain, ini juga berarti bahwa startup kecerdasan buatan ini akan berdiri teguh pada komitmennya untuk memastikan transparansi.
Selain itu, laporan tersebut mencatat bahwa seorang juru bicara OpenAI mengungkapkan bahwa perusahaan khawatir alat tersebut dapat mempengaruhi secara tidak proporsional kelompok yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama.
Meski begitu, karyawan kunci di OpenAI yang mendukung peluncuran alat ini percaya bahwa teknologi ini dapat memberikan banyak manfaat dan, oleh karena itu, tidak seharusnya ditunda lebih lama lagi.
Alat AI generatif seperti ChatGPT dan Gemini sendiri merupakan tools dapat menjawab pertanyaan dan menulis makalah penelitian secara keseluruhan berdasarkan beberapa, atau kadang-kadang hanya satu, petunjuk yang diarahkan dengan baik secara gratis.
BACA JUGA: Perluas Target Pasar, OpenAI Luncurkan GPT-4o mini
Artinya, bisa membayangkan betapa banyak alat-alat ini telah mengubah keadaan baik bagi pendidik maupun siswa.
Namun, ada peringatan. Watermark yang dibuat oleh alat AI sering kali dapat dihapus dengan teknik sederhana seperti menambahkan emoji ke teks lalu menghapusnya secara manual atau menggunakan Google Translate untuk mengubah teks ke bahasa lain dan kemudian menerjemahkannya kembali ke bahasa Inggris.
Selain itu, kekhawatiran lain tentang merilis detektor teks AI adalah jika terlalu sedikit orang yang menggunakan platform ini, alat tersebut tidak akan benar-benar berguna.
Di sisi lain, jika terlalu banyak orang yang menggunakannya, kemungkinan teknik watermarking OpenAI tidak akan tetap menjadi rahasia.
Editor: Eric Iskandarsjah