Operational Excellence di Era Digital: Optimalkan QCDS untuk Keberlanjutan Bisnis

profile photo reporter Ratu Monita
RatuMonita
04 Desember 2024
marketeers article
Jacky Mussry, CEO MarkPlus Institute dalam acara ASEAN Marketing Summit, MarkPlus Conference 2025. (Sumber: Marketeers/Ratu)

Dunia bisnis yang kian kompetitif menuntut perusahaan untuk tetap mengoptimalkan operasionalnya. Salah satu pendekatan utama adalah operational excellence yang berfokus pada QCDS yakni Quality, Cost, Delivery, dan Service.

Model ini menawarkan perspektif baru untuk menciptakan keseimbangan antara produktivitas, inovasi, dan dampak sosial yang berkelanjutan. Tak hanya itu, penerapan QCDS juga sangat penting untuk menjaga daya saing di era modern.

Dalam sesi Reimagining Operational Excellence: Inspirations From Asia di ASEAN Marketing Summit 2024, Jacky Mussry selaku CEO MarkPlus Institute memaparkan mengenai konsep QCDS.

BACA JUGA Operational Excellence Jadi Kunci Pertumbuhan ABM Investama di 2023

1. Quality (Kualitas)

Jacky mengatakan dalam QCDS, kualitas bukan hanya tentang input dan output, tetapi juga tentang impact. Dalam hal ini, impact berkaitan tentang produk atau layanan yang dapat menciptakan loyalitas pelanggan, kepercayaan pasar, dan keuntungan berkelanjutan.

“Dalam hal ini, apakah orang-orang benar-benar membeli produk Anda? Menciptakan cash flow dan loyalitas—loyalitas yang sejati, bukan yang dibangun hanya melalui program loyalitas mahal. Menciptakan kepercayaan yang kuat dari pasar. Karena, pada akhirnya, impact adalah tujuan terakhir dari perusahaan,” kata Jacky dalam sesi yang menjadi rangkaian acara MarkPlus Conference 2025 di Jakarta, Rabu (4/12/2024).

2. Cost (Biaya)

Berikutnya mengenai pengelolaan biaya yang efisien. Hal ini tentu saja penting untuk menjaga profitabilitas. Akan tetapi, dalam konsep QCDS pada masa yang akan datang biaya bukan hanya soal cost cutting, tetapi juga optimalisasi nilai, baik untuk pelanggan maupun masyarakat.

Cost bukan hanya cost cutting dan cost reduction, tapi juga bagaimana mengoptimalkan nilai pelanggan serta nilai sosial,” ujar Jacky.

Artinya, dalam pendekatan ini, efisiensi biaya harus sejalan dengan penciptaan nilai sosial, termasuk meminimalisasi jejak karbon dan mendukung keberlanjutan lingkungan.

BACA JUGA Hermawan Kartajaya: Amerika Kuat akan Branding, China Juaranya Operational Excellence

3. Delivery (Pengiriman)

Kecepatan dan ketepatan pengiriman menjadi pembeda dalam dunia modern. Akan tetapi, elemen ini telah berkembang seiring dengan tren sustainability.

“Bukan hanya soal memastikan pengiriman tepat waktu, tetapi juga mengenai konsep unconscious delivery, di mana proses logistik dirancang untuk mengurangi dampak lingkungan. Contohnya, penggunaan paket ramah lingkungan atau penyesuaian waktu pengiriman agar lebih efisien,” ucap Jacky.

4. Service (Layanan)

Terakhir, dalam QCDS, layanan tidak lagi hanya bersifat personalisasi tetapi juga transformasional. Contohnya adalah pengembangan sistem transportasi publik seperti MRT di Jakarta, yang tidak hanya menyediakan layanan tetapi juga mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih disiplin dan efisien.

Dari Input ke Impact

Konsep QCDS saat ini telah memperluas perspektif tradisional dari fokus pada input dan output menjadi input-proses-output-impact. Pendekatan ini menekankan pentingnya hasil yang menciptakan dampak positif jangka panjang.

Selain itu, Jacky juga menekankan mengenai pentingnya fleksibilitas dalam menghadapi dinamika pasar. Dalam lingkungan bisnis yang penuh ketidakpastian, fleksibilitas operasional menjadi kunci untuk bertahan dan beradaptasi.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS