Survei: 73% Orang Indonesia Paham Industri Halal

marketeers article
Ilustrasi halal. Foto: www.123rf.com

Industri halal merupakan contoh menarik dari keseimbangan antara spiritualitas dan potensi ekonomi. Bisnis ini tidak hanya mencakup makanan dan minuman saja, tapi juga meliputi berbagai sektor seperti pariwisata, keuangan, kosmetik, farmasi, serta fesyen. 

Sebagai tanggapan terhadap permintaan tersebut, banyak perusahaan telah memperluas lini produk mereka untuk memenuhi standar halal. Perusahaan riset berbasis online, Populix melaporkan hasil penelitian terbaru bertajuk Industri Halal Indonesia. 

Dari hasil penelitian, sebanyak 73% masyarakat Indonesia mengaku mengetahui tentang industri halal dan sebagian besar dari mereka memahami konsep tersebut dengan baik. Adapun sisanya, sebanyak 14% mengaku ragu-ragu dan 13% tidak memahami industri halal. 

Fakta tersebut mencerminkan bahwa upaya edukasi tentang industri halal telah berhasil menjangkau sebagian besar masyarakat di Indonesia.  

Penelitian ini juga memotret keunggulan industri halal di Indonesia. Masyarakat yakin industri halal memiliki potensi untuk bersaing di pasar global. Sebab, mereka percaya bahwa produk halal Indonesia memiliki kualitas dan variasi yang setara bahkan tidak kalah dengan produk internasional.

Survei membuktikan sebanyak 78% responden menilai kualitas produk halal Indonesia baik. Kemudian, 73% lainnya menilai keanekaragaman produk halal. 

Inovasi dan kreativitas turut menjadi pertimbangan responden memahami industri halal dengan persentase 67%. Uniknya, harga yang bersaing menjadi keunggulan terakhir yang dipertimbangkan responden dengan persentase 47%. 

Dari sisi potensi, mayoritas warga Indonesia menganggap sangat besar dengan persentase 85%. Sisanya, sebanyak 11% mengaku ragu-ragu dan hanya 4% yang menjawab bisnis ini tidak memiliki potensi. 

Indah Tanip, Head of Research Populix menjelaskan penelitian ini melibatkan sebanyak 1.165 responden, laki-laki dan perempuan berusia 17-55 tahun di Indonesia. Mereka mengerjakan pertanyaan survei yang dikemas dalam bentuk kuesioner dengan format pilihan ganda tunggal, pilihan ganda kompleks, dan skala likert dengan durasi 15 menit. Adapun penelitian dilakukan pada tanggal 15-22 Januari 2024.

“Aktivitas mencari informasi tentang industri halal melalui media sosial juga semakin meningkat, mencerminkan peran penting media sosial dalam memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang industri halal,” kata Indah.

Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia telah menapaki langkah yang kokoh menuju pusat industri halal global. Dengan proyeksi pertumbuhan populasi Muslim yang terus meningkat hingga tahun 2050, menjadikan hal tersebut kekuatan utama Indonesia dalam perdagangan produk halal di tingkat internasional.

Menghadapi tantangan ini, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan komitmennya untuk menjadikan Indonesia sebagai Pusat Halal Dunia (Global Halal Hub) pada tahun 2024. Langkah ini didasari oleh potensi pasar produk halal yang besar di negeri ini. 

Selain itu, Indonesia juga menempati peringkat teratas sebagai konsumen terbesar produk halal jika dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya. Indah menyebut temuan lain dari penelitian ini adalah mayoritas masyarakat dengan persentase 80% percaya bahwa industri halal memberikan kontribusi positif pada perekonomian negara. 

Meskipun masih ada keraguan masyarakat tentang kemampuan Indonesia menjadi pemimpin pasar dalam industri halal, tetapi mayoritas masyarakat yakin bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar global. Pemerintah juga telah mengambil langkah konkret dalam mendukung pengembangan industri halal, salah satunya melalui promosi dan pemasaran produk halal di pasar global. 

Dengan komitmen serius ini, diharapkan Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar dalam industri halal di tahun-tahun mendatang.

“Berangkat dari temuan hasil studi, kami merekomendasikan bagi para pengusaha untuk semakin meningkatkan kualitas produk, pemasaran dan promosi, inovasi produk, kemitraan dan terus melakukan kolaborasi, serta memastikan sertifikasi halal yang sesuai dengan ketentuan pemerintah Indonesia. Sementara itu, di sisi pemerintah, perlu meningkatkan dukungan pada peraturan dan kebijakan yang mendukung, pendidikan dan pelatihan, pengembangan infrastruktur, dan promosi internasional,” kata Indah.

Tarik Minat Investor Cina

Industri halal di Indonesia tampaknya tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab, berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), valuasi industri halal diperkirakan mencapai Rp 4.375 triliun. 

Hal ini menarik banyak investor asing, salah satunya dari Cina. Ma’ruf Amin, Wakil Presiden menjelaskan potensi pengembangan industri halal tergambar dari keberhasilan sejumlah proyek kerja sama antara Indonesia dan Cina dalam koridor kerja sama Two Countries Twin Parks (TCTP). 

Ini merupakan program kerja sama strategis Indonesia-Cina dalam bentuk kerja sama antarkawasan industri untuk mendorong investasi di kawasan industri dan selaras dengan upaya sinergi pencapaian visi pembangunan prioritas kedua negara, yaitu Poros Maritim Dunia dan Belt and Road Initiative (BRI). Memorandum of understanding (MoU) terkait TCTP telah ditandatangani oleh kedua negara pada 12 Januari 2021. 

MoU ini melibatkan Kawasan Industri Yuanghong yang berlokasi di Provinsi Fujian, serta tiga kawasan industri di Indonesia, yaitu Kawasan Industri di Bintan, Kawasan Industri Terpadu Batang, dan Kawasan Industri Aviarna Semarang. Adapun sektor-sektor yang menjadi prioritas adalah sektor industri kelautan, pembangunan infrastruktur, industri pangan, bahan bangunan, energi, perawatan-perbaikan-pemeriksaan penerbangan, elektronik, dan sektor lainnya.

Di samping mempromosikan interoperabilitas kawasan industri, TCTP ditujukan untuk mendorong penyerapan tenaga kerja kedua negara dalam berbagai rantai industri, serta menciptakan iklim bisnis, perdagangan, dan investasi yang kondusif. 

“Perluasan agar mencakup sektor industri halal. Pangsa pasar produk halal global maupun antar kedua negara sangat potensial untuk dioptimalkan guna memperkuat kerja sama ekonomi ke depannya,” kata Ma’ruf Amin.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS