Industri kuliner kerap menjadi andalan bagi banyak orang yang ingin terjun ke dunia bisnis. Pasalnya, bisnis kuliner dianggap bisa dimulai dengan modal yang minim.
Di sisi lain, persaingan bisnis kuliner begitu ketat karena pemainnya yang cukup banyak. Bukan hanya itu, Chef Andry Susanto selaku Owner Oma Elly mengungkapkan tren industri kuliner begitu luar biasa selama beberapa tahun terakhir.
“Melihat industri kuliner Indonesia saat ini begitu luar biasa. Hal ini terlihat dari konsumen kita yang sudah semakin cerdas, mereka sudah memahami apa yang disukai dan tidak,” ujar Chef Andry dalam acara Unilever Food Solutions (UFS) di Jakarta pada Senin (4/11/2024).
Tren tersebut menjadi kebanggaan sekaligus tantangan bagi para pelaku industri kuliner. Dalam kesempatan yang sama, Chef Andry membagikan beberapa tips untuk membangun usaha di bidang kuliner. Berikut ulasan selengkapnya:
BACA JUGA Intip 5 Tren Kuliner di Indonesia, dari Feel Good Food hingga Low Waste Menu
1. Dimulai dari produk yang dikonsumsi sendiri
Bagi usaha mikro kecil, dan menengah (UKM), Chef Andry menyarankan untuk memulai usaha kuliner dengan membuat produk yang kita sendiri mau konsumsi.
“Artinya, produknya kita sendiri makan secara rutin. Karena kalau itu yang kita makan dan yang kita konsumsi, kemungkinan besar teman-teman kita juga mau makan. Kalau mereka juga menyukai produk kita, mereka akan bantu pasarkan produk kita,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (4/11/2024).
2. Word of mouth jadi kunci
Saat memulai bisnis kuliner, menurut Chef Andry, hal yang paling penting adalah adanya word of mouth yang dapat membantu memasarkan produk dengan jangkauan yang lebih luas.
“Langkah ini bisa diawali dengan rekomendasi teman atau orang terdekat ke teman-teman mereka yang lebih luas,” kata Chef Andry.
BACA JUGA Eksplorasi Kuliner Ala Jepang di Gerai HokBen+ Terbaru
3. Ciptakan branding
Terakhir, menurut Chef Andry, adalah menciptakan branding yang kerap diabaikan oleh para pelaku industri kuliner.
“Branding merupakan apa yang orang pikir tentang kita, behind our back. Tentu saja hal ini enggak bisa dikontrol. Akan tetapi, yang bisa dilakukan adalah membuat budaya di tim internal itu menjadi action dan behaviour, sehingga membentuk pengalaman yang baik bagu pelanggan. Pada akhirnya, dapat membentuk branding yang tepat di mata konsumen,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk