Pacu Daya Saing, Palu Miliki Pusat Riset dan Inovasi Industri Furnitur
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memfasilitasi pusat riset dan inovasi untuk pengembangan industri furnitur di Palu, Sulawesi Tengah. Upaya strategis ini selain guna menciptakan produk unggulan, juga diharapkan mampu menarik investor.
“Ini menjadi tantangan untuk HIMKI agar di sana bisa dibangun seperti beyond Cirebon. Jadi, sebagai penghasil bahan baku, di Palu dapat pula dikembangkan atau ditumbuhkan industrinya. Ini akan bisa lebih berdaya saing karena terintegrasi, dibanding selama ini bahan baku itu dikumpul di Surabaya,” papar Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian melalui keterangan resmi di Jakarta, Senin (11/03/2019).
Apalagi, lanjut Airlangga, di Palu sudah berdiri kawasan industri dan kawasan ekonomi khusus. Ini akan tersedia infrastruktur yang menunjang, sehingga dapat dimanfaatkan investor industri furnitur untuk lebih memacu produktivitas dan menggenjot ekspornya.
“Misalnya, kami telah mendorong klaster untuk industri furnitur di kawasan industri Kendal, dengan didukung pembangunan Politeknik Industri Furntur untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusianya. Sebab, di Jawa Tengah, memang dipersiapkan untuk sektor padat karya,” imbuhnya.
Menperin menyebutkan, dalam dua tahun terakhir, kawasan industri Kendal yang memiliki konsep terpadu sudah mampu mendatangkan sebanyak 50 investor dengan total nilai investasi sebesar USD500 juta dan membuka lapangan kerja hingga 5.000 orang. “ini yang perlu direplikasi ke daerah-daerah lainnya, dengan menarik investasi dapat menambah devisa dan tenaga kerja,” ujarnya.
Untuk itu, Airlangga menambahkan, industri furnitur perlu mengembangkan produk sesuai dengan selera konsumen saat ini. Selain itu, industri furnitur mempunyai potensi untuk lebih berkembang, dengan mendorong penciptaan produk yang berbasis lifestyle (gaya hidup).
“Contohnya, produk yang bisa diminati oleh anak-anak muda dengan harga yang relatif terjangkau,” ungkapnya. Apalagi, peluang pasar e-commerce di Indonesia saat ini cukup besar senilai USD8 miliar dan diprediksi meningkat menjadi USD22 miliar pada tahun 2022.
“Jumlah masyarakat Indonesia yang berbelanja melalui ekonomi digital sudah mencapai 30 juta orang, ini menjadi salah satu yang dapat bergerak cepat mendorong industri berbasis lifestyle sepeti industri furnitur. Hal ini sejalan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0,” tuturnya.
Peluang lainnya, industri furnitur dapat mempeluas pasar dan menggenjot nilai ekspornya ke Australia. Ini seiring dengan telah ditandatangani perjanjian kerja sama ekonomi yang komprehensif Indonesia dan Australia.