Pemain di industri pendidikan harus beradaptasi dengan kondisi terkini. Terutama, dengan perilaku generasi saat ini yang dekat dengan teknologi mutakhir. Kehadiran pemain edtech dalam lima tahun terakhir membuat wajah industri pendidikan berubah.
Pahamify menjadi salah satu pemain edtech yang mengusung inovasi dan ide menarik. Pahamify menciptakan cara belajar yang menyenangkan dengan memanfaatkan hiburan dan teknologi sebagai kanal belajar. Startup pendidikan ini dibangun oleh Rousyan Fikri selaku Chief Executive Officer dan Mohammad Ikhsan selaku Chief Product Officer Pahamify. Keduanya merupakan penyandang gelar Ph.D dari salah satu institut teknologi di Singapura.
Startup ini bermula dari kanal Hujan Tanda Tanya di YouTube yang dibidani oleh Fikri dan Ikhsan. Lewat kanal ini, mereka berupaya mewujudkan apa yang telah mereka pelajari di kampus, yaitu metode belajar berbasis cerita atau storytelling. Model ini tergolong jarang digunakan di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia.
Kanal Hujan Tanda Tanya menghadirkan konten video dalam kemasan storytelling. Ternyata video pembelajaran mereka sangat diminati para pelajar di Indonesia. Pada tahun 2017, kanal ini terus berkembang hingga memiliki 100.000 subscriber dalam waktu singkat.
“Kanal ini terus mendapatkan permintaan. Ini yang mendorong kami mewujudkan ide dan menciptakan platform belajar yang berbeda dengan yang sudah ada,” ungkap Ikhsan.
Sebelum membangun platform tersebut, mereka mencari insight-insight terkait kebutuhan pembelajaran dari orang tua dan anak-anak. Banyak dari mereka menginginkan layanan belajar yang menyenangkan ala Hujan Tanda Tanya. Mereka ingin bisa belajar lebih komprehensif dan terjadwal.
Riset mandiri ini terus berlangsung hingga akhirnya Hujan Tanda Tanya meluncurkan aplikasi belajar Pahamify pada akhir tahun 2018. Saat itu, Pahamify masih berstatus Beta dan hanya dikenalkan kepada subscriber dan komunitas Hujan Tanda Tanya saja. Aplikasi belajar ini baru diluncurkan secara resmi pada awal tahun ajaran 2019/2020.
Setelah meluncurkan platform belajar Pahamify dan mendapatkan tanggapan yang baik dari pengguna baru maupun komunitas Hujan Tanda Tanya, Pahamify tidak serta merta mengalami keberhasilan. Startup ini justru mengalami tantangan yang bahkan datang dari industri itu sendiri.
Sebagai pemain yang terjun langsung ke lanskap bisnis edtech Indonesia, Ikhsan mengakui ketertinggalan Indonesia dalam bidang ini. Jika dibandingkan dengan Tiongkok dan India, Indonesia masih ada di tingkat balita. Kedua negara tersebut sudah mencatat perkembangan industri edtech yang sangat canggih dengan proses inovasi sepuluh tahun.
“Masyarakat Indonesia baru saja merasakan teknologi edukasi pada tiga tahun terakhir. Masih banyak hal yang harus dikembangkan. Tidak hanya sistem pembelajaran berbasis teknologi, tapi juga meratakan akses belajar berbasis teknologi ini ke seluruh Indonesia,” kata Ikhsan,
Melihat keadaan tersebut, Pahamify mencoba fokus pada distribusi konten kepada audiensnya. Termasuk memahami segmen pasar dan mengembangkan metode belajar agar tetap relevan, khususnya untuk siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Menurut Ikhsan, siswa SMA cenderung lebih eksploratif. Mereka lebih paham apa yang mereka butuhkan dan lebih fokus pada materi pengajaran. Hasilnya, pembelajaran menjadi lebih optimal.
Pahamify juga menggarap tes-tes persiapan atau simulasi ujian (tryout). Pahamify berusaha mengetahui apa yang dibutuhkan oleh siswa-siswa tingkat akhir untuk mempersiapkan diri masuk ke universitas. Ikhsan dan timnya berupaya mengumpulkan soal ujian, menyusunnya sesuai prediksi ujian yang beragam, dan menghadirkan pengalaman tryout yang menarik.
Strategi ini mengantarkan Pahamify hingga bisa mengklaim platformnya berhasil menjadi pemimpin pasar edtech kategori tryout. “Engagement di kategori ini selalu tinggi, setidaknya 25% di atas pasar dan sangat diminati oleh siswa yang sedang bersiap masuk ke perguruan tinggi negeri,” ujar Ikhsan.
Ada alasan unik mengapa Pahamify hanya berfokus pada niche market di lanskap edtech yang sangat luas ini. Ikhsan mengakui strategi ini merupakan langkah yang pelan, tapi pasti untuk perusahaannya. Ia mengatakan Pahamify masih memiliki tim yang kecil. Sehingga untuk mencakup seluruh peluang, Pahamify memerlukan upaya lebih besar.
“Setelah membaca kondisi ini, kami berusaha tap in dengan menghadirkan pengalaman belajar yang menyenangkan dan mudah dipahami. Pahamify berusaha menghadirkan proses belajar dua arah. Kami mendorong siswa untuk membuat rencana belajar agar hasilnya maksimal tanpa menjadikan belajar sebagai beban,” imbuh Ikhsan.
Cerita Ikhsan dan Fikri membesarkan Pahamify selengkapnya, bisa didapat di Majalah Marketeers edisi Juni 2021.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz