Pakai Metode Cluster Driling, PHR Tekan Biaya Pengeboran Rp 248 Miliar

marketeers article
Pengeboran minyak dan gas Pertamina. Ilustrasi: Humas Pertamina.

PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) melakukan efisiensi pengadaan dan konstruksi pengeboran minyak sebesar Rp 248 miliar pada tahun 2024. Hal ini diraih setelah perseroan melakukan pengeboran dengan metode cluster drilling atau pengeboran beberapa sumur di satu lokasi.

Andre Wijanarko, EVP Upstream Business PHR menjelaskan selain mampu menekan biaya pengeboran, cara ini juga mempercepat proses pengeboran di Lapangan Petani. Dia bilang sebelum menggunakan metode ini, biasanya pengeboran dan produksi satu sumur dilakukan di atas satu tapak terpisah (wellpad), yang memerlukan proses panjang, termasuk pembebasan lahan dan pembangunan infrastruktur, seperti jalan operasi dan pipa.

BACA JUGA: PHR Raih Peningkatan Produksi Minyak 2.000 BOPD di Sumur Tua

Namun, inovasi cluster drilling menggabungkan beberapa sumur dalam satu tapak, menggunakan teknik directional drilling untuk mengoptimalkan hasil.

“Sejak PHR mengambil alih kelola lapangan-lapangan minyak di Wilayah Kerja Rokan pada 2021 lalu, Lapangan Petani menjadi salah satu lapangan primadona dengan produksi minyak terbesar di WK Rokan. Inovasi semacam ini perlu dilakukan untuk mencapai target jumlah eksekusi pemboran yang terus meningkat di WK Rokan,” kata Andre melalui keterangan resmi, Rabu (9/10/2024).

BACA JUGA: Manfaatkan AI, PHR Tekan Laju Penurunan Produksi Migas 6%

Menurutnya, metode ini juga secara signifikan mengurangi pergerakan zig-zag rig dari satu tapak sumur ke tapak lain, yang tentu saja mengurangi potensi insiden. Inisiatif in bahkan dapat memangkas setidaknya 15% biaya pengeboran mulai dari pembebasan lahan, penyediaan tanah timbun, hingga potensi masalah sosial.

Pihak Tim Asset Development (AD) North sebagai penanggung jawab inisiatif tersebut mengungkapkan cluster drilling terinspirasi dari metode pemboran lepas pantai (offshore), yang mana beberapa sumur diakomodasi di satu platform. Tim AD North menjelaskan pihaknya menggunakan transformasi digital dan automasi yang mereka sebut SMART-CDSL (Cluster Drilling Selective Location).

Penetapan titik sumur dan arah pemboran dilakukan melalui evaluasi dan integrasi antara lokasi target reservoir, lokasi tapak analisis masalah dampak lingkungan (AMDAL) yang tersedia pada area wellpad baru, hingga evaluasi potensi kolisi dengan sumur eksisting. Seluruh data kemudian dikalkulasi menggunakan bantuan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Cycle time dari tahapan persiapan hingga eksekusi pemboran dapat dipercepat secara signifikan. Melalui penerapan cluster drilling, PHR menargetkan 50 sumur untuk diselesaikan pada tahun 2024 di LapanganPetani.

Jumlah ini meningkat pesat dari jumlah rata-rata pemboran sejak alih kelola WK Rokan ke PHR pada tahun 2021 – 2022.

“Kami sangat mengapresiasi inovasi-inovasi orang-orang muda PHR dalam menghadapi tantangan operasi. Kami mencatat banyak inisiatif yang tidak saja mampu menghemat biaya operasi, mempercepat proses tanpa mengorbankan keselamatan, tapi juga meningkatkan produksi,” ujar Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumbagut, Rikky Rahmat Firdaus.

Penerapan metode dan strategi cluster drilling juga mulai diterapkan di Lapangan Hiu, Gulamo, dan Obor untuk kegiatan pemboran tahun 2025. Hal ini membuktikan bahwa inovasi ini dapat diterapkan pada kampanye pemboran masif lapangan-lapangan onshore, seperti pengembangan pattern waterflood, CEOR, dan kampanye pemboran masif lainnya baik di WK Rokan maupun lapangan-lapangan migas lainnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS