Pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika berimbas pada harga barang-barang elektronik yang sebagian besar komponennya masih impor. Pada tahun 2015, penjualan elektronik merosot hingga 15% dibanding tahun 2014.
Namun, tahun ini harapan kembali mengemuka. Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) mengungkapkan, pasar elektronik diproyeksikan mencapai Rp 41 triliun, tumbuh 15% dibanding tahun lalu. Hal ini tentu didorong oleh membaiknya daya beli masyarakat terhadap produk-produk elektronik.
Performa memuaskan juga dirasakan oleh Panasonic, pabrikan elektronik rumah tangga yang dalam empat bulan terakhir (April-Juli 2016), bisnisnya tumbuh 132% di Indonesia.
Hal itu mengantarkan Indonesia sebagai pasar yang cukup berpengaruh bagi Panasonic. Menimbang, pertumbuhan penjualan merek asal Jepang ini di pasar Asia dan Oceania mencapai 121%.
Yuji Majima, Managing Director Panasonic Appliances Marketing Asia Pacific menuturkan, jika dirunut lebih dalam lagi, masing-masing kategori produk Panasonic tumbuh signifikan, seperti TV yang mencapai 200%, AC 130%, mesin cuci 180%, dan lemari es 120%.
“Selama Juli 2015 hingga Juni 2016, permintaan room air conditioner (RAC) meningkat 100% di Indonesia, menjadi sekitar 1,92 juta unit. Indonesia menjadi yang paling tinggi dalam penjualan volume AC di kawasan Asia Tenggara,” papar Yuji mengutip data GfK saat konferensi pers di The Shangri-La Hotel Jakarta, Senin (8/8/2016).
Permintaan tersebut, lanjut Yuji, disokong oleh penjualan AC di segmen pelanggan korporasi, baik perusahaan swasta dan pemerintah. Yuji bilang, penjualan di level pengguna langsung akan meningkat seiring daya beli masyarakat yang kian pulih.
“Pertumbuhan penjualan AC di Indonesia sebesar 131% tahun ini. Dengan demikian, pangsa pasar kami pun bakal kami tingkatkan menjadi 30% hingga akhir tahun,” ungkapnya lagi.
Berdasarkan laporan konsultan independen GfK, Panasonic mengantongi 29,9% pangsa pasar AC di Indonesia, naik ke posisi pertama dari 19,2% pada Juni 2015 silam. Panasonic tengah bersaing dengan kompetitor terdekatnya, yaitu LG (18%), Sharp (15,8%), dan Samsung (13,8%).
Heribertus Ronny, Product Manager of Air Conditioner PT Panasonic Gobel Indonesia menerangkan, keberhasilan Panasonic sebagai pemimpin pasar AC dalam negeri didorong oleh penjualan yang kuat pada produk inverter-nya yang menguasai 30,9% pangsa pasar,
Setelah itu, ada produk low watt Panasonic yang mengempit 29,4% pangsa pasar. Produk ini, kata Ronny, didesain khusus untuk pasar Indonesia di mana rata-rata kapasitas listrik yang dipergunakan konsumen rumah tangga masih berdaya rendah.
Pasalnya, selama ini AC berkapasitas 1 PK saja, tarikan listrik pertamanya sekitar 800 watt. Padahal, tidak semua rumah memiliki daya listrik besar. Nah, Panasonic low watt diklaim mampu mengurangi daya listrik hingga setengahnya, bahkan hanya 175 watt.
(Baca juga: Panasonic Pimpin Pasar AC Hemat Energi Bintang 4)
Dengan diluncurkannya produk AC hemat energi Bintang 4 terbaru, Panasonic yakin hingga tahun 2018, market share-nya dipatok sebesar 40% atau setidaknya mampu menjual 1 juta unit selama setahun.
Ronny menuturkan, produk AC standar Alowa adalah yang penjualannya paling tinggi atau berkontribusi 30% terhadap penjualan AC Panasonic.