Pandemi Corona Jadi Morning Call Bagi Bisnis Logistik

marketeers article
Aerial top view container ship at sea port and working crane bridge loading container for import export, shipping or transportation concept background.

Laporan Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) menunjukkan, pelaku bisnis logistik di lini Business to Customer (B2C) dan Customer to Customer (C2C) mengalami peningkatan permintaan yang signifikan. Sementara, pemain logistik Business to Business (B2B) justru kebalikan. Fenomena COVID-19 pun diibaratkan sebagai morning call bagi pelaku bisnis logistik.

Menilik perkembangan bisnis logistik secara keseluruhan, industri ini dalam lima tahun terakhir tumbuh sekitar 10%-15%. Namun, ketika pandemi COVID-19 mewabah, bisnis logistik justru mengalami minus growth.

“COVID-19 ini menjadi morning call bagi para pemain di sektor logistik. Kondisi ini fast forward, dan kita merasakan perubahan perilaku, serta lanskap industri yang begitu cepat,” jelas Zaldy Masita, Ketua Asosiasi Logistik Indonesia dalam gelaran Industry Roundtable, Jumat (17/04/2020).

Dari sektor e-commerce misalnya, terjadi peningkatan permintaan untuk pengiriman logistik. Hal ini seiring dengan perubahan perilaku konsumen yang bergeser ke ranah online untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Yang menarik, kategori produk yang dikirim pun berubah. Jika semula produk fesyen dan elektronik menjadi primadona, kini permintaan untuk pengiriman produk-produk kebutuhan pokok, seperti makanan justru meningkat.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku bisnis logistik. Di tengah kondisi ini, mereka harus mampu mengirimkan barang yang fresh dengan cepat. Namun, bukan hanya cepat, para pemain pun harus mampu menyusun strategi pricing yang tepat lantaran daya beli konsumen yang terus menurun.

“Asumsi kalau ingin cepat harus mahal tidak bisa lagi berlaku di sektor logistik karena daya beli konsumen terus menurun. Di sisi lain, cost yang harus dikeluarkan perusahaan juga naik karena harus membayar cost pick up, pemenuhan prosedur keamanan bagi para kurir, hingga keamanan ekstra dari sisi pengemasan,” terang Zaldy.

Pada akhirnya, para pemain logistik harus menghapus asumsi lama yang mengatakan kalau cepat harus mahal, dan meramu cara baru untuk bertahan di tengah kondisi pandemi. Para pemain harus mampu menjawab anxiety and desire konsumen yang menginginkan harga murah dan pengiriman cepat, meski cost perusahaan terus bertambah.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related