PT Pertamina (Persero) diperkirakan bakal terus melakukan training secara online kepada karyawannya meskipun pandemi COVID-19 mulai terkendali. Pasalnya, pelatihan secara online memberikan hasil yang tidak kalah dengan offline.
Fajriyah Usman, Vice President (VP) Corporate Communication PT Pertamina (Persero) mengungkapkan, secara kualitas dan output, pelatihan daring memberikan hasil yang memuaskan. Karyawan yang mengikuti pelatihan online dapat meningkatkan kompetensinya setara pada saat melakukan pelatihan dalam kelas secara offline.
“Training Pertamina yang dilaksanakan secara online tidak hanya cukup efektif meningkatkan kompetensi pekerja, namun juga mampu menjangkau semakin banyak pekerja yang terlibat dalam pelatihan. Jika sebelumnya pelatihan secara fisik sering terkendala jarak dan waktu untuk melakukan perjalanan menuju lokasi pelatihan, dengan skema online justru memberikan keuntungan dari kedua aspek tersebut,” ujar Fajriyah kepada Marketeers, dikutip Jumat (17/6/2022).
Menurut dia, efektivitas training diukur berdasarkan indikator kualitas pelaksanaan, pemahaman pekerja pada saat pelatihan, serta perubahan perilaku serta dampaknya terhadap bisnis perusahaan secara keseluruhan. Dari parameter itu, hasil pelatihan secara online pada tahun 2021 berhasil mencapai 105% dari target yang telah ditentukan. Hasil ini menunjukkan training online berjalan efektif dan melampaui target.
Ke depan, perusahaan pelat merah tersebut bakal terus melakukan pelatihan secara online yang dikombinasikan dengan pelatihan offline jika dibutuhkkan. Dengan kata lain, Pertamina akan melakukan pengembangan SDM dengan metode hybrid. Alasannya, efektivitasnya cukup tinggi dengan biaya operasional yang jauh lebih murah. Termasuk juga pelatihan online lebih digemari dan mencakup lebih banyak pekerja.
Berdasarkan pengukuran lainnya, Fajriyah menyebut, pelatihan dan bekerja secara online memberikan beberapa keuntungan bagi pekerja. Di antaranya, fleksibilitas dalam mengatur waktu kerja, bisa lebih dekat dengan keluarga, serta tidak perlu menghadapi kemacetan menuju lokasi kerja.
Untuk meningkatkan efektivitas dan produktivitas, Pertamina melakukan beberapa program seperti internal engagement yang melibatkan pekerja dalam aktivitas yang bersifat fresh dan fun. Termasuk pula komunikasi internal yang berisi informasi terkini serta pesan-peaan yang memotivasi seluruh pekerja.
“Pelaksanaan training internal selama masa pandemi dilakukan dengan skema online, namun sejalan dengan program pemerintah untuk mulai beralih dari pandemi menuju endemi, skema training juga mulai menerapkan skema hybrid,” ujarnya.
Meski begitu, peserta yang mengikuti training Pertamina secara offline tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Setelah memasuki new normal, nantinya akan dilakukan pemilahan klasifikasi training yang akan tetap dilakukan secara online dan yang mengharuskan kehadiran fisik
Di sisi lain, Fajriyah menjelaskan, hingga saat ini Pertamina masih menerapkan sistem bekerja di rumah atau work from home (WFH) bagi karyawannya. Perseroan melakukan tiga klasifikasi dalam menentukan divisi-divisi yang harus bekerja di kantor maupun di rumah. Kebijakan perusahaan mengikuti perkembangan dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah.
Secara terperinci, klasifikasi pekerja yang dibedakan menjadi tiga, yakni work from office (WFO) mandatory yakni pekerja dengan jenis pekerjaannya mengharuskan untuk berada di tempat kerja karena harus menggunakan alat tertentu yang hanya ada di tempat kerja, atau yang berkaitan dengan layanan customer dan supply minyak dan gas secara langsung. Lalu, WFO flexibility yakni pekerja yang jenis pekerjaannya dapat dilaksanakan dari rumah.
Terakhir, WFH mandatory yaitu pekerja yang karena kondisi kesehatannya diwajibkan untuk bekerja dari rumah, seperti pekerja dengan komorbid, ibu hamil, dan menyusui sampai usia anak satu tahun. “Pelaksanaan WFH di Pertamina berdampak pada penurunan biaya operasional perkantoran, namun tidak mempengaruhi kinerja bisnis secara keseluruhan. Mengingat, sebagian besar kegiatan operasional tetap harus dilakukan secara fisik. Adapun kinerja bisnis pada masa pandemi terdampak dari menurunnya perekonomian global serta berkurangnya aktivitas masyarakat yang berdampak pada penurunan konsumsi bahan bakar,” pungkasnya.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz