Industri pariwisata tetap menjadi indikator yang menjaga ekonomi domestik tetap tumbuh stabil. Industri yang dalam bentuk positif dan terjaga menjadi salah satu faktor keberhasilan PT Panorama Sentrawisata meraup hasil positif pada tahun 2016.
Peningkatan penjualan berhasil meningkat sebesar 25% dari tahun 2015. Pada tahun 2016, gross revenue mencapai Rp 4,6 triliun. Pada tahun 2015, Panorama hanya mencapai Rp 3,7 triliun. Bisnis turisme menyumbang pemasukan sebesar 90% dari pemasukan perusahaan.
Beberapa faktor pendorong lain diantaranya investasi Northstar Group pada akhir tahun 2016 kepada anak usaha Panorama, PT Raja Kamar Internasional, yang bergerak di bidang penjualan kamar hotel secara “Business to Business & Business to Consumer” di mana keduanya berbasis teknologi, serta peningkatan penjualan bisnis sebesar 50% sepanjang tahun 2016 yang disebabkan oleh meningkatnya kunjungan wisman ke Indonesia.
Panorama juga telah merampungkan divestasi 30.1% saham kepemilikannya di anak usaha PT Panorama Tours Indonesia kepada JTB Corporation di akhir Maret lalu, yang kini resmi berganti nama menjadi PT Panorama JTB Tours Indonesia. Pasca divestasi, Panorama masih menguasai 60% saham PT Panorama JTB Tours Indonesia.
Melalui penjualan saham ini, Panorama telah memperoleh dana segar sebesar Rp 370 miliar. Hasil dana ini dialokasikan untuk keperluan ekspansi, cadangan modal kerja dan reprofiling permodalan Perseroan dalam rangka mengejar target pertumbuhan Penjualan (Gross Revenues) sebesar 30% pada tahun 2017 ini menjadi di atas Rp 6 triliun.
“Bermitra dengan JTB Corporation di awal tahun 2017 ini merupakan sebuah kebanggaan dan langkah tepat bagi kami untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas Perseroan ke ranah bisnis global. Sebagai salah satu pemain utama di industri pariwisata nasional, kami juga tetap optimistis pemerintah akan mendukung industri dengan berbagai kebijakan pro-tourism,” papar Budi Tirtawisata, Direktur Utama Perseroan.
Panorama optimistis pada semester I tahun 2017 ini akan memberikan kinerja positif pada neraca keuangan sejalan dengan target tahun ini. Hal ini dapat terjadi karena faktor penambahan hari libur nasional, musim liburan sekolah dan Hari Raya Idul Fitri, serta aksi strategis korporasi yang telah dilakukan pada tahun 2016 hingga awal tahun 2017.