Pemprov DKI menggandeng Bloomberg Philanthropies dan Vital Strategies meluncurkan Aksi Menuju Udara Bersih Jakarta pada Rabu (23/09/2020). Gerakan ini menjadi langkah DKI Jakarta untuk memperbaiki kualitas udara di wilayahnya. Disampaikan oleh Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta berdasarkan data pakar lingkungan, polusi udara diperkirakan memiliki kontribusi terhadap 5,5 juta infeksi saluran pernapasan di Jakarta setiap tahunnya.
“Artinya ada 11 kasus infeksi saluran pernapasan per menit di Jakarta. Kasus ini perlu ada penanganan,” katanya.
Pemprov DKI Jakarta mamanfaatkan teknologi digital untuk memperbaiki kualitas udara. Langkah pertama adalah dengan program Pemantauan Kualitas Udara Ambien lewat aplikasi napas. Aplikasi ini mengintegrasikan 45 jaringan sensor di wilayah Jabodetabek. 27 titik disebar di seluruh wilayah Jakarta untuk memantau kualitas udara secara real time.
Dengan tersebarnya sensor, aplikasi napas kini mampu memberikan laporan kualitas udara di wilayah DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, dan Depok.
“Data lokal sangat penting untuk mengetahui kualias udara di suatu wilayah. Kami merancang napas untuk terhubung ke total 45 jaringan sendor PM2.5 yang ada di Jabodetabek,” kata Nathan Roestandy, Co-Founder & CEO nafas.
Strategi DKI Jakarta untuk memantau kualitas udara dengan sensor digital terinspirasi dari program Breath London. Inisiatif pemerintah kota London, Inggris ini menciptakan jaringan 100 sensor untuk mendata tingkat polusi. Data ini kemudian digunakan sebagai sumber penciptaan inisiatif untuk mengurangi konsentrasi polutan. London berhasil menurunkan konsentrasi polutannya hingga 36% dalam enam bulan.
“Kami mengharapkan hasil yang sama, atau bahkan lebih pada DKI Jakarta. Lewat data kualitas udara yang dikumpulkan, pemerintah bisa mengatai masalah polusi udara secara tepat sehingga kualitas hidup masyarakat juga meningkat,” tutup Nathan.
Editor: Sigit Kurniawan