Para Atase Luar Negeri Diharapkan Piawai dalam Marketing

marketeers article

Dalam acara Pembekalan Perwakilan Perdagangan di Luar Negeri di Kantor Kementerian Perdagangan di Jakarta, pada Senin (14/10/2019), Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita menyatakan bahwa atase-atase Kementerian Perdagangan di luar negeri harus piawai marketing atau pemasaran.

Di tengah isu ekonomi global yang sedang memanas antara Cina dan Amerika, jika strategi pemasaran dilakukan dengan baik untuk produk-produk dalam negeri, terdapat kemungkinan Indonesia dapat bertahan dari perang ekonomi global tersebut.

“Atase kita jangan hanya promosi, terus selesai. Harus ada perbaikan. Karena promosi itu hanya satu bagian dari marketing. Apalagi kondisi ekonomi global belum ada tanda membaik. Kita tetap harus berusaha bagaimana memasukan produk dalam negeri untuk dipasarkan di luar negeri. Harus ada komoditas selain kelapa sawit dan batu bara. Untuk menemukan komoditas lain itulah mengapa marketing penting, karena seorang pemasar bisa beradaptasi dengan dinamika dan perubahan pasar,” ujar Enggartiasto

Selain strategi marketing, Enggartiasto juga mengatakan bahwa mengemas produk melalui diferensiasi sama pentingnya dengan strategi marketing. Tanpa adanya diferensiasi, produk Indonesia di luar negeri yang dijual lebih mahal akan tergantikan oleh produk yang lebih murah dari negara lain.

Founder dan Chairman MarkPlus, Inc.  Hermawan Kartajaya juga menyetujui mengenai masalah diferensiasi tersebut. Ia mencontohkan Cina.

“Cina dulu produk-produknya dijual murah. Lama-kelamaan, mereka berinovasi dan inovasi itulah yang menjadi diferensiasi. Dengan ini, produk mereka berani melawan produk barat dengan harga yang tidak murah lagi, namun orang beli. Jadi, bukan produk yang harus dijual, tapi diferensiasi atau keunikan produk kita,” ujar Hermawan.

Namun, diferensiasi saja tidak cukup, Hermawan mengatakan sebuah produk juga harus tepat sasaran. Artinya, tidak harus semua segmen digarap, para atase di luar negeri perlu mencari pasar yang tepat dalam memasarkan produk lokal.

Hermawan melanjutkan, jika dulu mencari pasar yang tepat adalah dengan mencari need and want dari target pasar, saat ini tidak lagi. Kita harus melihat anxiety and desire, atau kegelisahan dan hasrat.

“Pengusaha China itu punya hasrat masuk Indonesia, namun ada kegelisahan yang membuat mereka ragu-ragu. Bagaimana menggali hasrat dan kegelisahan itu yang harus dimiliki atase. Kemampuan komunikasi mumpuni, dengan menggali psikologi sampai kultur target pasar. Bukan lagi menggali need and want, atau mana segmen atas mana segmen bawah. Itu kuno. Kalau anxiety and desire sudah dapat, baru tawarkan diferensiasi,” sambung Hermawan dalam acara konferensi Kotler Future Marketing Summit 2019 di Beijing pada Sabtu (12/10/2019).

Ungkapan Hermawan sejalan dengan visi Enggartiasto. Ia berharap, menteri selanjutnya dapat mengkomunikasikan produk lokal kepada pengusaha luar dengan ilmu marketing yang mumpuni. Salah satu tujuan penempatan atase di luar negeri adalah meningkatkan ekspor dengan membuat pengusaha luar tertarik untuk membeli produk Indonesia untuk dijual.

Editor: Sigit Kurniawan

Related