Pariwisata Ingin Jadi Penyumbang Devisa Terbesar Kalahkan Minyak

marketeers article
21741993 panoramic view of royal temple taman ayun, mengwi, bali, indonesia

Selama ini salah satu penyumbang devisa terbesar di Indonesia ada di sektor minyak dan gas (migas). Makanya tidak heran jika dalam rumus pendapatan pemerintah Indonesia, ada dua sektor yang di-highlight, yaitu sektor migas dan nonmigas. Sektor pariwisata jelas masuk dalam sektor nonmigas.

Namun Menteri Pariwisata RI Arief Yahya menyatakan bahwa sudah bukan saatnya lagi ada istilah, migas dan nonmigas. “Sudah saatnya sektor pariwisata dan nonpariwisata,” seperti yang diutarakannya dalam gelaran MarkPlus Conference 2018 di Jakarta pada Kamis (7/12) 2017.

Alasannya adalah sektor pariwisata diprediksi bisa menyumbang devisa terbesar mengalahkan migas di masa depan. Dalam kalkulasi Arief, setidaknya ketika jumlah wisatawan mancanegara menembus angka 17 juta dalam setahun, devisanya bisa melewati devisa sumbangan migas.

Ia menargetkan angka tersebut tercapai selama 2018. “Tahun lalu jumlahnya 12 juta. Kalau tahun depan berhasil menembus 17 juta, devisa yang kita hasilkan bisa mencapai US$ 34 miliar. Sekarang sumbangan sektor migas bernilai US$ 30 miliar dan sudah pasti angkanya pasti di sekitar itu saja. Kalau sektor pariwisata bertambah terus,” ungkap Arief lagi.

Sehingga seharusnya di masa depan angka US$ 50 miliar bisa terlewati. Sekarang sektor pariwisata menjadi penyumbang kedua terbesar setelah migas. Angka itu menjadi sebuah peningkatan setelah tiga tahun lalu masih berada di posisi empat. Maka tidak heran Arief sangat optimis pariwisata bisa bahan bakar utama pemerintah RI.

Salah satu strategi yang digenjot oleh Arief bersama kementeriannya adalah dengan menciptakan destinasi digital. Selama ini paradigma sebuah destinasi cenderung mengarah kepada bentuk fisik. Namun yang perlu didorong lagi adalah digitalnya.

Sebagai contoh adalah bagaimana mempromosikan destinasi yang instagramable, alias sangat cocok untuk di-share di Instagram. Karena menurut Arief, sekarang ini ada kecenderungan seseorang bangga dan senang setelah posting di sosial media seperti Instagram.

“Sekarang millennial hidupnya setengah nyata setengah dunia maya. Ada self esteem ketika mereka share di Instagram, ada pengakuan. Nah, pengakuan itulah yang kami ingin tap. Ini strategi Kemenpar, yaitu digital immigrant business,” tutup Arief.

 

    Related