Pasar Ekspor Bermasalah, Industri Furnitur Diminta Fokus Dalam Negeri
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki meminta industri furnitur untuk lebih fokus pada pasar dalam negeri. Pasalnya, pasar internasional saat ini tengah dihadapkan dengan ketidakpastian akibat situasi geopolitik yang terus memburuk.
Teten mengatakan industri furnitur dan kerajinan yang selama ini mengandalkan pasar ekspor harus mulai berbenah. Pemerintah memiliki kebijakan belanja sebesar 40% untuk produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) atau setara dengan Rp 400 triliun tahun ini yang dapat dimanfaatkan oleh industri tersebut.
“Industri furnitur bisa mengambil bagian di bidang penyediaan furnitur sekolah. Nilainya lumayan, ada Rp 54 triliun. Sebelumnya bangku sekolah harus SNI, tapi sekarang enggak perlu, sekarang dipangkas. Kami akan optimalkan ini. Jadi mungkin belanja pemerintah akan optimalkan dan setiap tahun akan lebih mudah,” kata Teten melalui keterangannya, Kamis (25/8/2022).
Menurutnya, pemerintah sedang berbenah agar kebijakan itu dapat diserap dengan baik oleh para pelaku usaha khususnya untuk UKM. Hal yang dapat dilakukan ialah memetakan kebutuhan pemerintah agar penyediaan produk pun dapat dilakukan secara maksimal.
“Kami berusaha sebelum masuk tahun baru, belanja pemerintah dipetakan kebutuhannya sehingga bisa tahu apa pengadaan pemerintah. Kalau mendadak kan tidak bisa,” ujarnya.
Teten mengakui nilai ekspor furnitur Indonesia pada kuartal I 2022 sudah mencapai lebih dari US$ 1 miliar. Jumlah ini dikatakan lebih tinggi 15,87% dari tahun sebelumnya pada periode yang sama (year-on-year/yoy).
Ekspor furnitur tersebut terdiri dari produk furnitur berbahan kayu yang mencapai 53,37% diikuti oleh furnitur rotan 7,24%, dan furnitur metal 3,95% dengan pangsa pasar Amerika Serikat (AS). Teten berharap kegiatan ini mampu memberikan peta jalan pengembangan industri furnitur dan kerajinan yang strategis bagi UKM.
Sementara itu, Anggoro Ratmadiputro, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asmindo mengakui industri permebelan dan kerajinan memang menghadapi masalah cukup berat yang merupakan dampak pandemi berkepanjangan. Ini berkaitan dengan pasar ekspor yang terganggu akibat beragam hal seperti inflasi global hingga geopolitik.
“Untuk menghadapi hal ini, kami berharap perhatian lebih dari pemerintah untuk hadapi situasi serius ini. Selama ini kita perhatikan pasar ekspor, saat ini kita harus mengubah haluan karena pasar ekspor sedang terdampak pandemi,” kata Anggoro.
“Saya ingin sampaikan bahwa kita harus menyiapkan strategi untuk menghadapi pasar ekspor yang belum membaik. Kita harus menggarap dengan serius pasar dalam negeri karena masih dikuasai impor. Oleh karena itu harus dilirik ini dan tentu tanpa kerja sama dengan pemerintah tidak akan berhasil. Kita ingin produk anak negeri jadi tuan di negeri sendiri,” Anggoro melanjutkan.
Editor: Ranto Rajagukguk