Tren produk halal paling dominan terjadi di industri makanan dan minuman. Tren ini pun tidak hanya terjadi di negara-negara Muslim. Sekarang, negara-negara non Muslim juga makin terpikat menggarap pasar tersebut.
Hal ini disampaikan oleh Adhi S. Lukman, Ketua Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) dalam forum MarkPlus Center bertajuk “Halal Supply Chain: Tren atau Kebutuhan?” di Philip Kotler Theater, Jakarta, Jumat (29/01/2016).
“Negara-negara non Muslim seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea mulai menangkap potensi pasar halal tersebut,” ujar Adhi.
Tiongkok, sambung Adhi, sedang mempersiapkan halal silk road. Negara ini juga menyediakan transportasi khusus untuk naik haji dan halal hub. Bahkan, Tiongkok menyediakan media informasi khusus halal, Halal Times.
Tren serupa terjadi di Jepang dengan halal food project dan di Korea dengan muslim food guide. Malaysia menjadi negara yang diklaim paling maju dalam pasar halal ini.
“Tren halal di Indonesia bisa dilihat dari beberapa faktor. Ada yang ikut tren tersebut karena alasan religius, ada yang sekadar ikut-ikutan, atau merasa terpaksa. Tapi, tren ini makin berkembang,” kata Adhi.
Tantangan pasar halal di Indonesia, menurut Adhi, muncul seputar sertifikasi halal. “Halal itu bukan sekadar kertas. Tanpa sistem jaminan halal, sertifikasi itu tidak akan ada artinya,” pungkas Adhi.