Kenaikan jumlah produsen anggur di Asia memang masih kecil. Namun, pertumbuhannya semakin meningkat. Mulai banyak para vintners di Asia yang telah menerima pelatihan di luar negeri seperti di Australia dan Prancis menjadi salah satu penyebabnya. Mereka kembali pulang ke negara asalnya dan menerapkan gaya pembuatan anggur tradisional yang telah mereka pelajari.
Dengan menerapkan gaya berbeda dan menggabungkan teknik baru yang telah disesuaikan dengan pasar lokal, para vintners di Asia telah mengembangkan produk dan merek anggur yang unik. Meskipun beriklim tropis, perkebunan anggur di Asia Tenggara mampu menghasilkan kualitas anggur yang lebih baik ketimbang sebelumnya.
Bahkan, mereka akan menggelar hajatan panen anggur bertajuk ProWine Asia 2018 di mana perusahaan-perusahaan minuman anggur dan minuman beralkohol di Asia, termasuk Rockland Distilleries (Sri Lanka), Siam Winery (Thailand), dan Rachelle The Rabbit Meadery (Singapura) akan memamerkan produk terbaru mereka bersama dengan beberapa nama terbesar dalam industri ini.
“Peningkatan produksi anggur di Asia bukan sekadar tren sementara saja. Didorong oleh perkembangan gaya hidup, produksi anggur domestik mengalami tingkat pertumbuhan yang signifikan di seluruh kawasan Asia,” Eddie McDougall, award-winning winemaker yang menjadi salah satu pembicara di ProWine Asia 2018.
Saat ini, ada 13 negara di Asia Timur yang memproduksi anggur komersial. Masing-masing dari lokasi tersebut berhasil menciptakan permintaan lokal mereka sendiri. “Saya mengamati tingkat konsumsi merek impor semakin hari semakin mengarah ke konsumsi produk lokal Asia. Ini adalah era yang sangat menggairahkan bagi para pengrajin anggur di kawasan ini,” sambung dia.
Menurut penelitian International Wine & Spirit Research (IWSR), pasar anggur global diprediksi tumbuh 25% pada tahun 2022, yang secara mayoritas didorong oleh pertumbuhan pasar di Asia. Dalam laporan Global Health Observatory Data Repository tahun 2015 dari WHO, Vietnam berada di urutan kedua setelah Korea dalam hal konsumsi alkohol di Asia, yaitu 8,7 liter per tahun. Thailand menempati posisi konsumsi ketiga di angka 8,3 liter alkohol per tahun.
Usia rata-rata penduduk di Asia berada di bawah 30 tahun. Dengan meningkatnya jumlah populasi kelas menengah di kawasan ini serta tren kaum milennials yang semakin sering menikmati waktu bersosialisasi dengan minuman beralkohol, potensi pasar kawasan Asia tidak lagi terbatas pada Tiongkok. Melainkan juga mencakup pasar-pasar di kawasan Asia Tenggara yang lebih kecil.
Editor: Sigit Kurniawan