Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada perdagangan, Kamis (15/2/2024) lantaran adanya lonjakan pasokan di Amerika Serikat (AS). Hal ini dibarengi dengan keraguan peningkatan permintaan negara-negara industri sebagai konsumen minyak terbesar.
Berdasarkan data yang dipublikasikan Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 38 sen atau 0,5% menjadi US$ 81,22 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 43 sen atau 0,6% menjadi US$ 76,21 per barel.
BACA JUGA: Harga Minyak Dunia Naik Tipis Imbas Ketegangan Timur Tengah
Kedua kontrak tersebut kehilangan lebih dari US$ 1 per barel dibandingkan sehari sebelumnya atau Rabu 14 Februari 2024. Penurunan terjadi karena adanya tekanan oleh kenaikan persediaan minyak mentah AS karena penyulingan turun ke level terendah sejak Desember 2022.
Badan Informasi Energi (Energy Information Administration/EIA) menyebut persediaan minyak mentah AS melonjak 12 juta barel menjadi 439,5 juta barel dalam sepekan hingga 9 Februari 2024. Jumlah ini jauh melebihi ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan 2,6 juta barel.
BACA JUGA: Imbas Konflik Geopolitik Dunia, Harga Minyak Terkerek 6% Sepekan
Sementara itu, penumpukan stok membuat para pedagang mempertanyakan permintaan. Beberapa analis mengatakan hal ini sebagian besar disebabkan oleh tingkat pemanfaatan kilang yang lebih rendah, terutama karena produksi 435.000 barel per hari Pabrik Whiting di Indiana ditutup.
“Pemadaman yang terus berlanjut di kilang Whiting akan berkontribusi pada penurunan laju pengoperasian kilang, serta beberapa pemeliharaan kilang lainnya. Penurunan laju pengoperasian kilang berarti penurunan stok bensin,” kata para analis Reuters, dikutip Kamis (15/2/2024).
Guna mengurangi melimpahnya pasokan, Kazakhstan akan mengompensasi kelebihan produksi minyaknya pada bulan Januari dalam empat bulan ke depan, sejalan dengan komitmen OPEC+. Irak juga akan meninjau produksinya dan mengatasi kelebihan produksi di atas pemotongan sukarela OPEC+ dalam empat bulan mendatang.
Untuk mengimbangi pasokan minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan, data EIA menunjukkan stok bensin dan sulingan turun lebih besar dari perkiraan. Stok bensin turun 3,7 juta barel menjadi 247,3 juta barel dibandingkan ekspektasi penurunan 1,2 juta barel.
Stok sulingan turun 1,9 juta barel menjadi 125,7 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi penurunan 1,6 juta barel. Analis JPMorgan Commodities Research menyebut permintaan bahan bakar tetap stabil, didukung oleh kembalinya tingkat perjalanan udara sebelum COVID-19.
“Indikator permintaan frekuensi tinggi kami menunjukkan permintaan minyak meningkat sebesar 1,6 juta barel per hari dalam dua minggu pertama bulan Februari dan Januari karena adanya peningkatan pejalanan di Cina selama Tahun Baru Imlek,” katanya.
Editor: Ranto Rajagukguk