Patahkan Stigma Negatif, Produsen Sepatu Lokal Tembus Pasar Ekspor

marketeers article

Produsen sepatu asal Indonesia membuktikan diri dapat bersaing serta memperoleh pangsa pasar di negara lain. Faktor kualitas produk yang ditawarkan hingga keberhasilan pemenuhan permintaan pasar di sejumlah negara, seperti Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat menjadi pendorong utama.

Dua merek asal produsen sepatu asal Indonesia yang berhasil merambah pasar ekspor yaitu Sagara Boots dan Pijakbumi. Kedua merek ini merupakan mitra Badan Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Sidoarjo, sebagai unit pelaksana teknis di bawah binaan Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian.

Sagara Boots dan Pijakbumi mematahkan stigma negatif terhadap alas kaki buatan produsen asal Indonesia dan negara berkembang lainnya. Tantangan tersebut dijawab dengan menyuguhkan inovasi maupun desain sepatu yang mengikuti selera pasar terkini serta memperhatikan prinsip produksi ramah lingkungan dan berkelanjutan.

“BPIPI menggandeng Sagara Boots dan Pijakbumi masuk ke dalam ekosistem pelaku industri alas kaki nasional lantaran berhasil menjadi contoh pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) yang berkualitas. Kisah sukses kedua produsen sepatu asal Indonesia ini diharapkan mampu membangkitkan semangat IKM lainnya untuk lebih lihai membaca peluang pasar dalam dan luar negeri,” kata Direktur Jenderal IKMA Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Reni Yanita, pada Kamis (30 /12/2021).

Berdasarkan data yang dimiliki Kemenperin, hingga kuartal III tahun 2021, total nilai ekspor alas kaki baik dari bahan baku kulit dan non-kulit dari produsen sepatu asal Indonesia mencapai US$ 4,3 miliar. Di sisi lain total PDB industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki mencapai Rp 20 triliun atau tumbuh tujuh persen year-on-year, berdasarkan data hingga kuartal III 2021.

Sorotan media asing terhadap kualitas alas kaki buatan produsen sepatu asal Indonesia, Sagara Boots, juga berpengaruh pada keberhasilan mereka menembus pasar negara lain. Hal ini diakui langsung oleh Bagus Satrio, selaku Pendiri dan Pemilik Sagara Boots, sembari membuka alasan pihaknya bahkan berani memasang harga di atas jenama serupa asal Amerika Serikat.

“Kami tidak sembarangan memilih bahan baku dan harus menggunakan bahan kulit dengan kualitas sol terbaik. Sehingga harga boots kami bahkan lebih mahal dari produk buatan produsen Amerika Serikat, yang kami jual dengan harga Rp 6 juta,” kata Bagus.

Daya tawar lain dari Sagara Boots sebagai produsen sepatu kepada konsumen adalah menerima pesanan secara custom atau sesuai keinginan pembeli. Selain itu, Sagara Boots juga menjaga kualitas produk dengan menerapkan sistem waiting list terkait keterbatasan tenaga kerja dengan hanya mampu memproduksi 40-60 pasang sepatu dalam sebulan.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS