Revolusi Mental merupakan gerakan sosial yang dicanangkan di masa pemerintahan Jokowi. Gerakan ini sebagai langkah konkret bagi bangsa untuk mengubah diri menjadi bangsa yang lebih baik. Konsep Revolusi Mental sendiri muncul pertama kali di harian KOMPAS pada Mei 2014 yang ditulis langsung oleh Jokowi yang saat itu merupakan calon presiden Republik Indonesia. Paulus Wirutomo, Sosiolog Universitas Indonesia pada waktu itu membaca tulisan tersebut dan menilai bahwa Revolusi mental sebagai ajakan dari calon pemimpin bangsa yang penting untuk diwujudkan.
“Revolusi Mental ini merupakan ajakan politis untuk mengubah mental bangsa. Didukung atau pun tidak, Revolusi Mental ini harus tetap berjalan. Maka, tim Pokja memanggil 300 pakar untuk menanyakan apakah bangsa membutuhkan Revolusi Mental atau tidak. Hasilnya, para tokoh mengatakan bahwa harus ada yang namanya Revolusi Mental,” ujar Paulus, Mantan Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Revolusi Mental dalam acara Jakarta CMO Club di Museum Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Jakarta, Jumat (10/4/2015).
Revolusi Mental penting diterapkan karena Paulus menemukan bahwa di Indonesia telah terjadi krisis karakter, masalah intoleransi, pemerintah ada tapi tidak hadir ketika rakyat mengalami masalah, dan rakyat hanya dijadikan objek pembangunan. Melihat kondisi tersebut, lahirlah enam nilai Revolusi Mental yang dikonsepkan oleh Paulus beserta Tim Pokja, yaitu kewargaan, dapat dipercaya, mandiri, kreatif, dan gotong royong.
“Ide Revolusi Mental ini harus disebarluaskan ke masyarakat dan kami akan mengawal ini. Kami mewakili Rumah Transisi diminta untuk memberikan terobosan-terobosan baru. Salah satunya yang disebutkan Pak Paulus tadi bahwa kami melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan 300 pakar dari Aceh, Jakarta, dan Papua. Perkiraan kami memakan waktu lama, namun dengan kerja keras dan semangat untuk berkontribusi untuk bangsa Indonesia maka sambutan mereka sangat baik dan cepat karena kami berbasis relawan,” papar Daisy, Wakil Ketua Pokja.
Daisy mengatakan awalnya konsep Revolusi Mental terdiri dari 100 lembar. Namun, Jokowi sendiri lebih senang infografik dibanding kata-kata, maka konsep tersebut dibahas kembali sehingga hanya 3 halaman. Hal ini juga akan mempermudah masyarakat memahami isi dari Revolusi Mental. Dalam rangka menyebarluaskan gerakan sosial ini, salah satu kegiatan yang dilakukan pihak Rumah Transisi dalam acara Jakarta CMO Club adalah menyerahkan arsip Revolusi Mental tersebut ke ANRI yang diwakili oleh Paulus Wirutomo kepada Mustari Irawan, Kepala ANRI.