Sebagai langkah dari upaya memajukan pendidikan bangsa Indonesia, es krim Wall’s Dung-dung turut berkontribusi dengan menyalurkan donasi. Donasi tersebut dikumpulkan selama bulan Ramadan dengan melibatkan puluhan ribu masyarakat Indonesia. Selama bulan suci lalu, telah terkumpul total donasi sebesar Rp 300 juta yang akan segera disalurkan melalui Yayasan Al-Azhar Peduli Ummat untuk mendukung program Benah Sekolah & Madrasah.
”Sebagai merek yang sangat lekat dengan keseharian masyarakat Indonesia, Wall’s memiliki visi Share Happy. Sejalan dengan visi tersebut, bertepatan dengan bulan Ramadan yang begitu identik dengan momen berbagi, kami menggelar sebuah program donasi yang mengajak masyarakat luas untuk berbagi agar lebih banyak anak Indonesia tersenyum bahagia,” kata Kaninia Radiatni, Brand Manager Wall’s.
Ia menambahkan, program tersebut bertujuan memperbaiki fasilitas pendidikan sejumlah sekolah dan madrasah yang kondisinya memprihatinkan di berbagai wilayah Nusantara. Dengan demikian, para siswa bisa bersekolah dengan kondisi yang lebih layak dan menyenangkan.
Berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terhadap 40.000 sekolah, 75% sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. Meskipun antusiasme anak Indonesia untuk belajar semakin tinggi, ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi pendidikan dasar yang kini telah mencapai angka 95%. Namun sayangnya, semangat ini belum diimbangi dengan fasilitas belajar mengajar yang layak.
“Untuk turut berkontribusi dalam mengentaskan masalah ini, Wall’s Dung Dung bekerjasama dengan Yayasan Al-Azhar Peduli Ummat telah memilih delapan sekolah dan madrasah yang membutuhkan bantuan darurat, yaitu yang memiliki gedung atau kelas yang sudah rusak ataupun yang belum memiliki fasilitas pendidikan yang mencukupi. Merekalah yang dijadikan sebagai target sasaran progam ini,” terang Kaninia.
Sebagai contoh, SD Filial Semokan Ruak yang terletak di Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Berjarak sekitar 14 km dari jalan raya, akses ke sekolah tersebut sangat menantang. Selama 14 km, setiap siswa maupun guru harus melewati perbukitan hutan yang menanjak dan menyeberangi sungai besar dengan akses jembatan penyeberangan yang tidak memadai. Jika hujan lebat turun atau air sungai pasang, maka otomatis daerah tersebut terisolasi.
Untuk itu, program semacam ini sangat diperlukan untuk membuat wajah pendidikan Indonesia semakin baik. “Program sinergi ini diharapkan akan mencapai perubahan-perubahan nyata, seperti terbenahinya sarana dan prasarana sekolah sehingga layak dan memenuhi standar untuk pendidikan formal. Kemudian, terciptanya peluang dalam meningkatkan kualitas pendidikan di daerah melalui pendampingan manajemen pengelolaan sekolah,” tutup Sigit Iko Sugondo, Deputy Director Al-Azhar Peduli Ummat.