Tolak Kebijakan Trump, Starbucks Berencana Rekrut Pengungsi

marketeers article
43484569 a man holding and looking at starbucks coffee cup while holding smart phone with another hand, in starbucks coffee shop.

Waralaba kedai kopi Starbucks melakukan protes terhadap kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump. Kebijakan imigrasi Donald Trump dilawan oleh Starbucks dengan berencana merekrut 10 ribu pengungsi di seluruh dunia dalam lima tahun ke depan.

Dalam surat terbukanya kepada seluruh karyawan Starbucks, Howard Schultz selaku Chief Executive Starbucks memaparkan rencananya dalam lima tahun ke depan.

“Terdapat lebih dari 65 juta warga negara dunia yang masuk kategori pengungsi. Kami berencana  mempekerjakan 10 ribu dari mereka selama lima tahun ke depan di 75 negara Starbucks beroperasi,” ujar Schultz.

Tidak sembarangan pengungsi, Schultz menambahkan bahwa yang akan dipekerjakan adalah pengungsi yang pernah melayani militer Amerika Serikat sebagai penerjemah dan bantuan umum lainnya.

Dalam suratnya, Schultz juga memaparkan tentang bisnis Starbucks di Meksiko. Alih-alih membangun tembok, Schultz menilai seharusnya membangun sebuah jembatan untuk kehidupan masyarakat Meksiko.

Starbucks sudah beroperasi di Meksiko sejak 2002. Selama 15 tahun beroperasi, Starbucks melayani 60 kota di Meksiko melalui 600 kedai yang tersedia dan 7000 pegawai.

Starbucks memiliki sumber produsen biji kopi di Meksiko dalam tiga dekade terakhir. Pada akhir tahun lalu Starbucks membangun pusat bantuan di Chiapas untuk meningkatkan produksi biji kopi. Starbucks juga menyumbang US$ 2 juta untuk mendukung kehidupan, ketahanan pangan, dan kualitas air bersih di Oaxaca.

“Kopi telah menyatukan budaya kami bersama. Kami siap untuk membantu dan mendukung konsumen kami, mitra, dan keluarganya di Meksiko terkait dengan dampak bisnis dari pelarangan migrasi, sanksi perdagangan, pajak, terhadap kehidupan mereka. Kami akan terus melanjutkan investasi kami di Meksiko,” tegas Schultz.

Kebijakan Starbucks ini selain mendapat simpati juga mendapatkan kecaman. Para pendukung kebijakan imigrasi Trump berencana untuk memboikot produk-produk Starbucks. Mereka berasalan akan lebih bijak bila Starbucks mempekerjakan masyarakat Amerika Serikat seperti para veteran perang, kaum kulit hitam, dan pengangguran lainnya. Ajakan boikot mulai ramai di media sosial dengan tagar #BoycottStarbucks.

Kebijakan ini tentunya bukan tanpa perhitungan. Bisa jadi Starbucks melalui kebijakan ini ingin lebih dekat dengan konsumennya yang berasal dari generasi millenial. Kehadiran millenial menggeser kalangan Baby Boomers dan Gen X sebagai konsumen utama Starbucks. Sebagaimana dipahami millenial cenderung memilih merek yang tidak hanya menyalurkan aspirasi produk, tapi juga sosial politik.

Editor: Sigit Kurniawan

Related