Peluang ekspansi usaha bisnis Indonesia ke Afghanistan kian terbuka. Pasalnya, kedua negara telah sepakat melakukan capacity building untuk ditingkatkan ke level investasi. Sejumlah sektor dibidik untuk saling melengkapi kebutuhan masing-masing negara.
Peningkatan kerjasama Business to Business (B2B) antara Indonesia dan Afghanistan diyakini Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dapat memacu pertumbuhan ekonomi antar kedua negara.
“Yang paling penting kami dorong B2B untuk saling melihat potensinya. Namun, mereka melihat bahwa pengembangan industri di Indonesia relatif lebih unggul dibandingkan mereka. Mereka pun ingin belajar membuat kebijakan industri,” kata Airlangga di Istana Wapres, Jakarta, Kamis (04/10/2018).
Ia menilai, Afghanistan memiliki potensi bahan baku guna memenuhi kebutuhan industri farmasi di Indonesia. Di sisi lain, Pemerintah Afghanistan mengatakan mereka berharap investor Indonesia dapat meningkatkan investasi di sana.
“Dalam waktu dekat, kedua negara akan melakukan capacity building terlebih dahulu. Kemudian, nanti ditingkatkan ke level investasi dan kunjungan ke Afghanistan,” ungkap Airlangga usai bertemu Kepala Eksekutif Pemerintahan Afghanistan Abdullah Abdullah.
Dalam bidang perdagangan, Afghanistan menempati urutan ke-113 dalam statistik ekspor Indonesia ke dunia dengan total nilai ekspor pada 2016 sebesar US$ 16,22 juta, meningkat menjadi US$ 20,18 juta pada tahun 2017. Sementara itu, Afghanistan telah berinvestasi di Indonesua untuk sektor industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi,logam dasar, barang logam, mesin, serta elektronikadengan 16 proyek senilai US$ 90,5 ribu.
Airlangga menyebutkan, Afghanistan mempunyai potensi bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industri farmasi di Indonesia. “Jadi, melalui hilirisasi, industri kita meningkatkan nilai tambah bahan baku tersebut. Selain itu, Afghanistan juga merupakan produsen essential oil yang cukup besar,” tuturnya.
Adapun sejumlah sektor yang dilihat potensial untuk digarap oleh Indonesia di Afghanistan antara lain, sektor agrikultur, proyek infrastruktur, eksplorasi mineral, tekstil dan aneka, serta sektor industri kecil dan menengah.
Editor: Sigit Kurniawan