Pandemi telah membuat industri pariwisata Indonesia terkena dampak sangat parah. Terjadi pergeseran prioritas perjalanan yang secara langsung memberikan efek pada perkembangan bisnis pariwisata. Di sisi lain, banyak aturan untuk mengatasi pandemi yang juga berpengaruh langsung pada industri ini.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang Januari hingga Agustus 2021, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 1,06 juta. Angka ini turun sebesar 69,17% jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020 yang berjumlah 3,55 juta.
Meskipun begitu selama pandemi, para pemain di industri ini dan semua yang saling terkait tidak diam saja. Banyak inovasi dihadirkan oleh mereka. Para pemain di industri pariwisata Indonesia berupaya menangkap peluang dari menggali kebutuhan konsumen. Tidak hanya menunggu sampai border kembali dibuka, mereka memilih fokus pada wisatawan lokal yang juga tidak sedikit jumlahnya.
Wisatawan lokal inilah yang mampu menjadi penggerak bisnis pariwisata sepanjang tahun lalu. Ada sejumlah hal yang mendorong mereka untuk melakukan perjalanan wisata. Sebagai contoh, bosan harus bekerja dari rumah atau membutuhkan suasana bekerja baru.
Inilah yang kemudian meningkatkan tren staycation atau work from hotel, selama pandemi. Di tengah sulitnya mendapat tamu yang berasal dari segmen wisatawan, para penyedia akomodasi menyiapkan berbagai produk untuk menjawab kebutuhan konsumen lokal terhadap staycation dan work from hotel ini. Mereka membuat paket atau promo menarik dengan memberikan jaminan kebersihan, keamanan, dan kenyamanan. Hal ini karena terdapat perubahan standar pelayanan dari tamu ketika mereka menginap atau tinggal di suatu tempat.
Hal ini juga merupakan bagian dari perhatian pemerintah yang melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berkolaborasi dengan banyak pihak untuk menyusun protokol kesehatan dan panduan pelaksanaannya. Protokol yang menjamin para wisatawan itu berupa sertifikasi Cleanliness, Health, Safety, & Environment Sustainability (CHSE).
Sertifikat ini menjamin bahwa produk dan layanan yang diberikan sudah aman dan memenuhi protokol kesehatan. Adanya sertifikasi ini diharapkan menjadi awal dari pemulihan sektor pariwisata di Tanah Air.
Usaha pemerintah untuk memulihkan kondisi pariwisata Indonesia perlahan membuahkan hasil. Jika dilihat dari sisi okupansi hotel maupun jumlah pengunjung destinasi wisata, terdapat pergerakan positif. Tren staycation dan work from hotel inilah yang diyakini menjadi pendorong utama pergerakan tadi.
“Akhir-akhir ini, terjadi tren positif liburan aman, yaitu wisatawan sangat patuh dengan imbauan protokol kesehatan. Demikian pula para penyedia akomodasi yang menerapkan protokol dengan ketat. Hal ini merupakan sinyal baik untuk bangkitnya gairah pariwisata di Indonesia pada tahun 2022,” tutur Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Hanky Manurung.
Hanky menegaskan meski situasi telah membaik, masyarakat tidak boleh lengah dan tetap patuh pada peraturan yang ada. Sehingga, untuk seterusnya semua bisa kembali berwisata dengan aman dan nyaman.
Dua tren tadi sukses menjadi penggerak bagi para pelaku di industri hospitality untuk bangkit dari industri yang lesu. Lalu, apakah pada tahun 2022 ini trennya akan sama?