Pendanaan Startup di Indonesia Turun Drastis, Konsolidasi Mulai Marak

Discovery/Shift merilis Indonesia Startup Report 2025, laporan tahunan yang memberikan gambaran mengenai kondisi ekosistem startup di Indonesia. Laporan ini menunjukkan bahwa pendanaan startup mengalami penurunan drastis, sementara tren konsolidasi semakin menguat di tengah tantangan ekonomi global.
Sepanjang tahun 2024, total pendanaan yang masuk ke startup Indonesia hanya mencapai US$ 1,1 miliar dari 125 kesepakatan investasi. Angka ini turun 61,14% dibandingkan tahun sebelumnya.
Penurunan ini dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global, suku bunga yang tinggi, serta perubahan strategi investor yang kini lebih selektif dalam memilih startup yang berorientasi pada profitabilitas.
Meski demikian, fintech masih menjadi sektor yang paling banyak menarik investasi dengan total pendanaan mencapai US$ 459,5 juta. Layanan pembayaran digital, pinjaman online, dan insurtech terus berkembang dan menunjukkan potensi yang kuat di tengah situasi sulit.
Selain penurunan pendanaan, laporan ini juga mencatat adanya tren konsolidasi di industri startup. Sepanjang tahun 2024, terjadi 22 aksi merger dan akuisisi, yang menunjukkan perubahan strategi di kalangan startup.
BACA JUGA: Tech Winter Jadi Tantangan Startup di Tengah Penurunan Investasi
Banyak perusahaan yang sebelumnya melakukan ekspansi agresif kini mulai berfokus pada keberlanjutan bisnis. Beberapa perusahaan yang sempat melakukan Initial Public Offering (IPO) saat pandemi pun mengalami koreksi valuasi hingga 87%, menandakan perubahan pendekatan investor terhadap pertumbuhan bisnis startup.
Managing Partner Discovery/Shift Amir Karimuddin menjelaskan startup kini harus makin bijaksana dalam mengelola bisnis mereka.
“Semakin terbatasnya dana yang tersedia di pasar membuat startup dituntut semakin bijaksana dan kreatif dalam penyelenggaraan bisnis. Kesiapan fundamental dan rapinya tata kelola menjadi kunci agar bisnis bisa berlangsung secara berkelanjutan,” ujarnya dalam siaran pers kepada Marketeers, Selasa (4/3/2025).
BACA JUGA: PepsiCo Buka Greenhouse Accelerator, Tawarkan Startup Pendanaan US$ 120 Ribu
Meskipun pendanaan menurun, Indonesia tetap menjadi salah satu ekosistem startup terbesar di Asia Tenggara. Namun, ke depan, startup yang ingin bertahan harus lebih fokus pada efisiensi modal, kepatuhan regulasi, dan penguatan model bisnis.
Investor pun diperkirakan lebih berhati-hati dan hanya mendukung startup yang memiliki fundamental bisnis yang kuat. Laporan Indonesia Startup Report 2025 menjadi refleksi bagi para pelaku industri bahwa model bisnis yang berkelanjutan kini menjadi prioritas utama.
Ke depannya, inovasi tetap menjadi kunci, tetapi keberlanjutan bisnis harus menjadi fokus utama agar startup dapat terus bertahan dan berkembang di tengah tantangan ekonomi global.
Editor: Ranto Rajagukguk