Pendapatan CEO Apple, Tim Cook, akan dipotong lebih dari 40% pada tahun 2023. Pendapatannya telah dikurangi menjadi US$ 49 juta, turun dari US$ 99,4 juta yang dia terima pada tahun 2022.
Cook sendiri yang meminta pemotongan kompensasi, menyusul kritik pemegang saham. Gajinya dari tahun lalu menyumbang 1.447 kali lipat dari rata-rata karyawan di perusahaannya, demikian temuan perusahaan penasehat Institutional Shareholder Services (ISS).
Seperti kebanyakan CEO, gaji pokok Cook hanyalah sebagian kecil dari total kompensasinya. Pada tahun 2023, gajinya akan tetap sama seperti tahun lalu yakni US$ 3 juta. Insentif tunai tahunannya juga tetap sama, yaitu US$ 6 juta.
BACA JUGA: Saham Terjun Bebas, Kapitalisasi Pasar Apple di Bawah US$ 2 Triliun
Jadi apa yang berubah? Cook akan diberikan lebih sedikit saham di Apple pada tahun ini. Dia diberi target penghargaan saham sebesar US$ 70 juta tahun lalu, yang telah dikurangi menjadi $40 juta pada tahun 2023.
“Menyeimbangkan keingingan pemegang saham, keinginan untuk terus menciptakan kinerja yang berarti dan insentif retensi, dan dukungan Cook untuk perubahan kompensasinya, Komite Kompensasi mempertahankan komponen tunai dari kompensasi Cook di tahun 2023 dan mengurangi target penghargaan saham miliknya,” kata Apple dalam daftar isian SEC yang dikutip dari Tech.co, Sabtu (14/1/2023).
BACA JUGA: Twitter Blue Rilis Pekan Depan, Pengguna Apple Dibebankan Lebih Mahal
Aspek lain dari kompensasinya termasuk biaya keamanan pribadi dan jet pribadi, yang masing-masing lebih dari setengah juta tahun lalu. Hal lain yang perlu disebutkan di sini adalah total US$ 49 juta milik Cook pada tahun 2023 adalah target kompensasi. Sebagai referensi, target kompensasinya untuk tahun 2022 hanya US$ 84 juta.
Keputusan Cook untuk meminta kompensasi yang lebih kecil tahun ini jauh dari tipikal seorang CEO. Tapi itu muncul di tengah kritik atas berapa banyak penghasilannya dibandingkan dengan karyawannya dan perusahaan secara keseluruhan. Saham Apple telah turun sekitar 27% sepanjang tahun lalu, sebagian karena perlambatan ekonomi dan gangguan rantai pasokan global.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz