Fenomena COVID-19 mempercepat transformasi digital di beberapa sektor bisnis karena didorong oleh pergeseran gaya hidup masyarakat yang lebih digital. Hal ini berdampak pada pertumbuhan sektor TIK (Teknologi Informatika dan Komunikasi). Data dari BPS memperlihatkan, pertumbuhan sektor TIK mencapai 10,88% secara year-on-year hingga Juni 2020.
PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) mencatat pertumbuhan positif. Anak usaha Telkom ini mengalami kenaikan pendapatan sebesar 13% secara year-on-year (YoY) atau sebesar Rp 3.387 triliun per Juli 2020 dengan EBITDA sebesar Rp 2.287 triliun dan EBITDA margin diangka 67,5%.
Rakhmad Tunggal Afifuddin, Chief Marketing Officer Mitratel mengatakan, fenomena COVID-19 menyebabkan lonjakan data yang sangat besar. Hampir semua operator tumbuh datanya di atas 20% bahkan jika dijumlah secara keseluruhan operator kenaikan mencapai 47% karena konsumsi digital masyarakat lebih besar.
“Kami melihat permintaan kolokasi yang meningkat dari Mobile Network Operator (MNO) untuk mempercepat pendekatan go-to-market, terutama di luar Pulau Jawa seperti Sumatera dan Kalimantan,” tambah Rakhmad dalam acara Industry RoundTable: Actualizing the Post Normal: Year 2021 & Beyond from Telecommunication Industry Perspective di Jakarta, Jumat (04/09/2020).
Mitratel juga mencatat pertumbuhan di net income sebesar 11% dan pertumbuhan penjualan sebesar 12,0% dari Rp 3.214 triliun pada Juli 2019 menjadi Rp 3.630 triliun per Juli 2020. Peningkatan penjualan didominasi oleh kolokasi yang permintaannya meningkat sebesar 26,9%.
Sedangkan B2S cenderung mengalami penurunan sebesar 22,2% YoY. Menurut Rakhmad, penurunan ini karena masa pembangunan B2S terhambat karena COVID-19 dan juga permasalahan terkait perizinan dari pemerintah.
“Meski secara umur Mitratel termasuk perusahaan yang paling muda dari empat perusahaan besar lainnya, tapi dari sisi jumlah tower kami berada di peringkat kedua. Kami memiliki 16.091 tower dengan jumlah tenan 25.022 dan tenancy ratio berada di level 1,56 kali,” jelas Rakhmad.
Ke depannya, A.T Kearney memprediksi, industri tower akan mengalami pertumbuhan 8% di tahun 2020 dalam segi market size atau tumbuh sekitar Rp 28,2 triliun. Market size tower industry juga diperkirakan akan terus tumbuh sebesar 4% hingga tahun 2025.
Rakhmad menambahkan, pandemi COVID-19 dan adanya pergeseran gaya hidup yang lebih digital membuat tower industry memiliki kesempatan yang besar untuk terus bertumbuh bahkan setelah pandemi COVID-19, terutama dalam segi akselerasi Industry 4.0 dan transformasi digital.
Editor: Sigit Kurniawan