Penetrasi Asuransi Masih 2,8%, Allianz Kembangkan Produk bagi Early Jobber
Industri asuransi saat ini masih menghadapi banyak tantangan untuk meningkatkan penetrasinya karena daya beli yang melemah. Tercatat, hingga September 2024 penetrasi asuransi baru menyentuh angka 2,8%.
Himawan Purnama, Country Chief Product Officer PT Asuransi Allianz Life Indonesia menjelaskan angka tersebut masih belum sebanding dengan angka literasi dan inklusi asuransi yang sudah mencapai 76,25% dan 12,21%. Untuk mengatasi masalah tersebut, Allianz Indonesia berkomitmen untuk terus beradaptasi dengan situasi terkini.
BACA JUGA: Selalu Adaptif, Allianz Life Indonesia Jadi Produk Asuransi Pilihan Gen Z
“Kami juga terus berinovasi dengan mengeluarkan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan berbagai kalangan masyarakat seperti generasi muda, early jobber, hingga keluarga mapan, seperti produk asuransi jiwa tradisional dan kesehatan murni,” kata Himawan dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (11/12/2024).
Menurutnya, langkah tersebut juga dilakukan untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi yang diproyeksikan masih akan tetap terjadi pada tahun 2025. Penetrasi asuransi dilakukan dengan menyediakan solusi dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
BACA JUGA: Rahasia Sukses Allianz Life Indonesia: Fokus pada Pelanggan
Selain inovasi produk, Allianz juga aktif melakukan berbagai inisiatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk bergerak aktif dan memiliki gaya hidup yang lebih sehat melalui program dan kegiatan aktivasi health awareness, memberikan edukasi perihal literasi finansial serta melakukan edukasi dengan memanfaatkan media sosial.
“Kami percaya bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan asuransi bergantung pada tingkat literasi keuangan dan asuransi. Oleh karena itu, kami secara rutin mengadakan kegiatan literasi keuangan dan memberikan solusi perlindungan, baik untuk asuransi jiwa, kesehatan, syariah, dan umum,” ujarnya.
Di sisi lain, Poltak Hotradero, Business Development Advisor, Bursa Efek Indonesia menjelaskan beberapa faktor yang bakal memengaruhi bisnis asuransi pada tahun depan. Dia bilang saat ini perekonomian global berada di situasi yang tidak menentu.
Gejolak yang cukup signifikan, seperti konflik geopolitik, beberapa negara besar yang masih berupaya untuk mengembalikan ekonominya yang sempat memburuk, hingga terjebaknya beberapa negara berpenghasilan rendah dalam utang yang cukup besar, terus memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, pasca-pemilihan umum (Pemilu) di Amerika Serikat (AS) juga diprediksi turut memengaruhi perekonomian global mengingat saat ini dunia masih memantau arah kebijakan ekonomi Presiden dan Wakil Presiden terpilih.
Poltak memproyeksikan perekonomian global akan stagnan di angka 3,2%. Tidak hanya itu, pada saat ini juga sedang terjadi soft landing yang mana terjadi perlambatan siklus pertumbuhan ekonomi untuk menghindari resesi.
Ia menambahkan sekarang bank sentral sedang berupaya untuk menaikkan suku bunga secukupnya sehingga dapat menghentikan ekonomi dari inflasi yang tinggi tanpa menyebabkan downturn yang parah. Adapun kondisi perekonomian nasional diproyeksikan juga mengalami ketidakpastian.
“Pasalnya, selain terdampak kondisi perekonomian global, berbagai pihak masih menanti kebijakan dari pemerintahan baru walaupun hingga triwulan III 2024 pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga baik di tengah peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global,” kata Poltak.
Editor: Ranto Rajagukguk