Pengembangan EBT di Indonesia Butuh Modal US$ 14,2 Miliar

marketeers article
Pembangkit LIstrik Tenaga Surya (PLTS). Sumber gambar: 123rf

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan Indonesia membutuhkan investasi sebesar US$ 14,2 miliar atau setara Rp 219,8 triliun (kurs Rp 15.485 per US$) untuk pengembangan energi baru terbarukan (EBT) hingga tahun 2025. Modal tersebut diperlukan guna mengejar komitmen Indonesia dalam Paris Agreement dan target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Adapun target NZE pada 2060 yakni penggunaan kapasitas listrik EBT menjadi 8,2 Giga Watt (GW). Eniya Listiani Dewi, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukkan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM menuturkan peningkatan kapasitas listrik EBT sesuai target pada tahun 2025 bukanlah sebuah keniscayaan namun memerlukan dana investasi yang sangat besar.

BACA JUGA: Dorong EBT, PLN Raih Pendanaan US$ 581,5 Juta dari World Bank

“Kita memerlukan investasi hingga tahun depan investasi hingga US$ 14,2 miliar guna menaikkan kapasitas dari renewable itu hingga 8,2 GW. Kita bisa menaikkan bauran energi terbarukan tahun depan dari 13% menjadi 21%,” kata Eniya melalui keterangan resmi, Rabu (4/9/2024).

Menurutnya, beberapa sumber-sumber energi terbarukan di Indonesia yang potensi ketersediaannya mencukupi, bahkan beberapa melimpah, seperti solar sebesar 3.294 GW, angin 155 GW, air 95 GW, arus laut 63 GW, bahan bakar nabati (BBN) biofuel 57 GW, dan panas bumi 23 GW.

BACA JUGA: Pertamina Gandeng Huawei untuk Kembangkan EBT dan Smart Grid

Untuk sumber energi panas bumi yang potensinya sangat besar dan berperan penting dalam mewujudkan NZE, Eniya mengatakan sudah menawarkan pengembangannya kepada investor.

“Indonesia memiliki potensi sumber energi panas bumi yang melimpah hingga mencapai 23,6 GW dengan yang sudah termanfaatkan 2,6 GW atau sebesar 11% sehingga ketersediaannya untuk dimanfaatkan masih sangat terbuka. Sudah kita tawarkan ke berbagai pihak dan sekarang sudah ada yang di-develop. Ada yang masih kita tawarkan kepada investor yang berminat mengembangkan panas bumi di Indonesia,” ujarnya.

Selain mempunyai potensi yang besar sebagai base load, ketersediaan sumber EBT hampir ada di seluruh wilayah Indonesia. Pemerintah berencana menawarkan lima wilayah kerja panas bumi pada tahun 2025 mendatang untuk Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE), yakni Gn Lawu dengan potensi kurang lebih 195 MW, Sipoholo Ria-Ria sebesar 35 MW, dan Cubadak-Panti sebesar 30 MW.

Kemudian ada pula dua tender Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP), satu di Telaga Ranu dengan potensi kurang lebih 85 MW dan Wapsalit sebesar 46 MW.

“Kami berharap lima lokasi panas bumi tersebut dapat menarik investor untuk mengembangkannya,” tutur Eniya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS