Penggunaan AI dalam Bisnis Startup Belum Banyak Tarik Minat Investor
Penggunaan kecerdasan artifisial alias AI sudah mulai banyak digunakan dalam bisnis, terutama dalam bisnis skala startup. Penggunaan AI disebut mampu mengakselerasi proses bisnis, baik dari sisi operasional maupun pengambilan keputusan.
Di Indonesia, akselerator startup gawangan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) HUB.ID menilai bahwa bisnis startup yang berbasis AI masih belum mampu menarik investor yang masih wait and see untuk menggelontorkan uangnya.
“Jadi baru AI sebagai supporting system, bukan jadi salah satu core bisnis utamanya,” kata PIC HUB.ID Damayanti dalam diskusi HUB.ID Alumni Talks di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (30/11/2023).
HUB.ID menurut Damayanti menaungi lima sektor bisnis startup, dan lima sektor tersebut ditentukan dalam forum discussion group (FGD) yang dilakukan akselerator bersama dengan perusahaan pemodal ventura.
Hasil diskusi tersebut belum memutuskan bahwa AI layak menjadi sektor yang cukup prospektif. Dia mengungkapkan baru satu hingga dua startup di sektor AI pada tahun ini yang masuk dalam naungan akselerator tersebut.
Tanggapan senada disampaikan Bisma Manda Samsu, CEO & Co Founder Kecilin.id, startup yang bergerak di bidang Software-as-a-Service (SaaS) yang menyediakan teknologi kompresi pada model teknologi modern berbasis AI. Secara internal bisnis, penerapan AI dirasa memberikan dampak positif, namun terlalu dini untuk menentukan apakah AI mampu menarik minat investor startup, terutama dalam kondisi ramalan winter funding yang makin parah.
“Sekarang mungkin masih di fase adopsi dan mencari tahu penggunaan AI untuk kebutuhan masing-masing. Tapi begitu penggunaannya mulai tinggi, dari situ investor akan mulai tertarik,” katanya.
Menurut CEO study yang digagas oleh IBM Institute for Business Value, 75% dari CEO global yang disurvei, mengatakan perusahaan yang mengadopsi AI generatif yang paling canggih akan mendapatkan keunggulan kompetitif di masa depan. Hampir dari separuh CEO (43%) telah mengintegrasikan AI generatif ke dalam keputusan strategis untuk menginformasikan keputusan strategis, sementara 36% menggunakannya untuk keputusan operasional, dan 50% mengintegrasikannya ke dalam produk dan layanan mereka.
Editor: Ranto Rajagukguk