Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memproyeksikan usaha makanan dan minuman masih sangat menjanjikan di Indonesia pada tahun 2022. Hal ini disebabkan oleh besarnya konsumsi masyarakat yang mulai pulih setelah terpukul pandemi COVID-19.
Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengungkapkan, sekitar 49% rata-rata pengeluaran penduduk per kapita sebulan adalah pengeluaran konsumsi makanan. Ini didominasi oleh makanan dan minuman jadi.
“Hal ini menunjukkan prospek bisnis kuliner masih menjanjikan pada tahun 2022, baik melalui wisata kuliner maupun aplikasi online,” kata Arsjad melalui keterangannya, dikutip, Rabu (2/2/2022).
Menurut dia, sektor bisnis lain juga mulai bergeliat pada tahun 2022. Konsumsi non-makanan hingga bisnis properti diyakini masih terus tumbuh tinggi. Sehingga, berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan bisa mencapao 5,5%.
Selain itu, Arsjad menyebut bisnis teknologi informasi dan komunikasi juga terlihat memiliki prospek cukup baik, terutama internet, pulsa serta ekspedisi ataupun logistik. Alasnnya lantaran sebagian besar masyarakat masih bekerja di rumah maupun secara hybrid.
“Bisnis lain yang diperkirakan akan tumbuh positif di tahun 2022 ini adalah bisnis aneka barang dan jasa, bisnis pakaian jadi, dan juga otomotif,” ujarnya.
Menurut Arsjad, industri digital teknologi akan memiliki prospek yang cemerlang di tahun 2022. Ini utamanya disebabkan oleh pandemi COVID-19 telah mengakselerasi pertumbuhan digitalisasi pada layanan komersial dan pemerintahan.
Dia menyebut bahwa trend ini paling banyak diperkirakan pada sektor e-commerce, pendidikan, kesehatan dan juga fintech. Selain itu, sektor manufaktur yang merupakan industri unggulan pemerintah pada tahun 2021, yang tetap tumbuh walaupun pada masa pandemik, diperkirakan akan terus tumbuh.
“Sektor teknologi diperkirakan masih akan terus tumbuh hingga tahun 2025. Ini banyak menyerap tenaga kerja. Sementara itu, pada tahun 2022 manufaktur diperkirakan akan tetap meningkat karena disertai berbagai rangsangan dan insentif dari pemerintah,” ujarnya.
Di sisi lain, Arsjad memaparkan perekonomian kembali pulih dengan angka produk domestik bruto (PDB) di kuartal ketiga 2021 naik di angka 3,51% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan kuartal yang sama di 2020. Dia menyebut bahwa di tahun 2021, Indonesia mencatatkan ekspor tertinggi sepanjang sejarah, sebesar US$ 231 miliar atau tumbuh sekitar 42%.
“Sehingga, surplus neraca dagang adalah US$ 34 miliar. Hal ini membawa optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia pada angka 4,7% hingga 5,5% pada tahun 2022,” pungkasnya.
Editor: Eko Adiwaluyo