Penjualan Divisi Otomotif Astra: Mobil Turun 6%, Motor Naik 8%

marketeers article

Astra International yang merupakan pemain terbesar di bisnis otomotif nasional harus menerima dampak menurunnya kinerja industri otomotif roda empat di tahun 2014. Selain karena faktor ekonomi makro, persaingan yang semakin keras di bisnis otomotif juga menjadi faktor penentu penurunan ini. Sehingga, membuat laba bersih divisi otomotif Astra menurun 14% menjadi Rp 8,5 triliun di tahun 2014 dari Rp 9,8 triliun di tahun sebelumnya.

Secara keseluruhan penjualan mobil nasional menurun sebesar 2%, menjadi 1.208.000 unit. Untuk Astra sendiri, di tahun 2014 penjualan mobilnya menurun hingga 6% menjadi 614.000 unit. Akibatnya, pangsa pasar Astra Grup berkurang dari 53% menjadi 51%. Sepanjang tahun 2014, seluruh merek mobil di bawah Astra telah mengeluarkan 19 model baru dan 9 model facelift.

Meski begitu, Astra tetap menunjukkan kekuatannya di penjualan sepeda motor nasional. Secara nasional terjadi peningkatan penjualan motor hingga 2% menjadi 7,9 juta unit. Sementara itu, penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda Motor (AHM) di tahun 2014 melonjak sebesar 8% menjadi 5,1 juta unit, dengan pangsa pasar yang meningkat dari 61% menjadi 64%. Selama tahun 2014 AHM telah meluncurkan 2 model baru dan 15 model facelift.

Pencapaian penjualan ini berkat suksesnya model-model AHM di pasar. Ada lima model yang menjadi penyumbang terbesar, yakni Honda BeAT FI yang sukses dengan penjualan 2.117.948 unit, Honda Vario Series terjual 1.454.685 unit, Honda Supra series yang laku hingga 368.159 unit, dan Honda Revo series yang mencapai angka 322.682 unit. Kelima model ini sekaligus menjadi model terlaris di setiap segmen masing-masing di pasar motor nasional.

Dilihat dari segmen pasar, skutik tetap memberikan kontribusi terbesar hingga 3.880.190 unit atau mencapai 76,8% dari total penjualan AHM. Secara nasional, skutik keluaran AHM menguasai pangsa pasar hingga 73%.

Untuk suku cadang, Astra Otopart (AOP) mencatat peningkatan volume penjualan sebesar 15%. Meski demikian, laba bersihnya menurun menjadi Rp 872 miliar akibat penurunan margin yang dipicu oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan peningkatan biaya tenaga kerja.

Related