Saat pandemi, beberapa produk fast-moving consumer good (FMCG) mengalami kenaikan penjualan, seperti produk kesehatan, serta makanan dan minuman. Namun, tidak untuk es krim. Campina, sebagai salah satu produsen es krim mengaku mengalami penurunan penjualan selama pandemi COVID-19.
Es krim menjadi salah satu kategori produk FMCG yang terdampak COVID-19. Adanya pembatasan aktivitas pergerakan dan penutupan toko-toko ritel berdampak pada penurunan penjualan es krim. Saat ini pun konsumen lebih memilih berbelanja makanan pokok.
“Es krim termasuk produk impulsif, di mana konsumen cenderung membelinya secara impulsif ketika mereka pergi ke supermarket atau toko ritel. Melihat adanya penurunan penjualan, kami pun memutar otak untuk mengatur ulang strategi agar tetap growing,” ujar Mustofa Saadji, Brand Manager PT Campina Industry, Tbk dalam acara Industry Roundtable: Surviving The COVID-19, Preparing The Post, Selasa (19/05/2020).
Mustofa menambahkan saat pandemi, Campina lebih memanfaatkan omnichannel yang mereka miliki, seperti layanan home delivery serta penjualan melalui e-commerce. Tidak hanya itu, perusahaan ini juga memperkuat strategi komunikasi yang dapat menyentuh sisi emosional dari konsumen.
Campina kemudian mencoba menunjukkan sisi produk es krim sebagai produk impulsif dan dipercaya dapat meningkatkan mood dan membuat nyaman. Komunikasi produk pun difokuskan untuk branding es krim yang dapat membuat tenang di tengah kekhwatiran COVID-19.
Selama masa pandemi pula, Campina membuat kampanye #BersamaCampina yang menjadi core communication perusahaan. Harapannya, melalui kampanye tersebut Campina dapat merangkul setiap pelanggan setia maupun calon pelanggan, baik melalui offline maupun online channel.
“Di saat seperti ini, setiap channel komunikasi yang kami punya, kami manfaatkan. Di e-commerce kami memiliki icecreamstore.co.id. Kami juga bekerja sama dengan KOL (key opinion leader) untuk membuat konten bersama, serta promosi melalui beberapa majalah,” kata Mustofa.
Strategi tersebut diklaim membuahkan hasil dengan adanya peningkatan penjualan pada home delivery yang mencapai 505% dibandingkan tahun lalu. “Meski belum dapat menggantikan penjualan yang turun, tapi home delivery memberikan kontribusi yang cukup bahkan lebih dari yang kami bayangkan selama masa pandemi,” ungkap Mustofa.
Editor: Eko Adiwaluyo