Merek kopi asal Amerika Serikat (AS), Starbucks melaporkan pada kuartal III tahun 2022 dapat meraih peningkatan penjualan secara global 3% dibandingkan kuartal sebelumnya. Adapun nilai penjualan yang diraih mencapai US$ 8,41 miliar atau setara dengan Rp 131,9 triliun (kurs Rp 15.688 per US$).
Howard Schultz, Chief Executive Officer (CEO) ad Interim Starbucks mengatakan di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi global orang-orang tidak berhemat pada secangkir kopi yang dikonsumsi mereka. Dia optimistis penjualan akan terus tumbuh hingga tahun 2023.
BACA JUGA: Cara Starbucks Tegaskan Komitmen People, Planet, dan Coffee
“Ini menandai rekor pergantian rantai kopi, terutama terjadi pada satu minggu di bulan September saat Starbucks memperkenalkan minuman musim gugurnya yang terkenal dengan Bumbu Labu. Minggu ini merupakan minggu penjualan terbaik yang pernah ada,” kata Howard dikutip dari retaildetail.eu, Senin (7/11/2022).
Menurutnya, adanya kenaikan harga sebesar 6% akibat meroketnya bahan baku tidak memengaruhi keputusan pembelian konsumen. Bahkan, sebagian besar pelanggan justru memilih paket ekstra seperti krim kocok, sirup rasa, atau espresso panas.
BACA JUGA: Jaga Kualitas Talenta, Starbucks Lanjutkan Kompetisi Barista Tahunan
Howard bilang sejauh ini sebanyak 60% penjualan kopi dipersonalisasikan menggunakan cara-cara tersebut lantaran banyaknya permintaan. Dengan adanya perubahan perilaku konsumen, tercatat pada periode Juli hingga September terjadi kenaikan penjualan sebesar 7% yang didorong oleh peningkatan penjualan di kawasan Amerika Utara.
Kendati demikian, kabar buruknya adalah laba bersih yang diterima perusahaan menurun sebesar 50% menjadi US$ 878 juta. Hal itu terjadi karena kebijakan perusahaan yang ingin menginvestasikan di toko-toko baru serta menjamin upah pekerja.
“Perusahaan sedang berjuang melawan gerakan serikat pekerja yang berkembang, sesuatu yang telah ditentang keras oleh CEO Schultz selama bertahun-tahun. Sekitar 249 dari 10.000 toko Starbucks di AS kini telah memiliki serikat pekerja. Untuk meredam gerakan ini, perusahaan telah mengalokasikan US$ 1,2 miliar guna menaikkan upah,” kata dia.
Howard menjelaskan pada tahun 2022 perusahaan menargetkan dapat meraih peningkatan penjualan sebesar 7% hingga 9% secara global. Dia optimistis dapat mencapai target yang ditetapkan karena banyaknya pelanggan loyal di setiap negara.
“Kami memiliki pelanggan yang sangat setia, yang juga semakin muda. Saat ini, lebih dari separuh pelanggannya adalah generasi millennial atau Gen Z,” tuturnya.
Editor: Ranto Rajagukguk