Oleh Juanri, Vice President of Insurance Cermati Protect
Asuransi digital atau insurtech (insurance technology) merupakan gelombang baru setelah booming fintech. Produk asuransi yang dikawinkan dengan teknologi canggih ini ditujukan agar masyarakat dapat mengakses perlindungan asuransi secara cepat dan mudah melalui smartphone mereka. Teknologi digitalisasi dalam industri asuransi lewat insurtech merupakan sebuah keniscayaan agar tidak tertinggal dan mampu terus bersaing.
Sama seperti fintech yang mampu menjaring masyarakat unbankable, kehadiran insurtech membuka akses mereka yang selama ini tidak tersentuh akses asuransi atau uninsured. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi dan inklusi keuangan untuk sektor asuransi di Indonesia masih sangat rendah, masing-masing 19,04% dan 13,15% pada tahun 2019.
Penetrasi asuransi di Tanah Air pun baru menyentuh 3,19% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), meliputi asuransi umum 0,47%, asuransi jiwa 1,19%, dan asuransi sosial 1,45%. Sementara, tingkat penetrasi di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Singapura sudah mencapai 6%, dan masing-masing nyaris 5% untuk penetrasi asuransi di Malaysia, Thailand, dan Filipina. Insurtech dapat menjadi solusi memperbesar pasar asuransi di Indonesia.
Perusahaan insurtech menawarkan kenyamanan, kecepatan, dan akurasi dengan menggunakan teknologi AI (Artificial Intelligence) yang membantu operator asuransi mengolah data pelanggan. Bukan hanya dari penilaian nasabah, berkembangnya platform insurtech juga berguna untuk memberikan akses informasi yang jauh lebih besar kepada masyarakat. Khususnya, untuk mengetahui dan memahami aneka produk asuransi yang mereka butuhkan. Mulai dari penawaran produk, e-policy, proses klaim, operasional, pengembangan distribusi, sampai pembayaran premi dapat dilakukan secara digital.
Asuransi Mikro
Produk asuransi seringkali dianggap mahal dan sulit dimengerti. Namun sebenarnya, banyak konsumen mendambakan fasilitas asuransi yang sederhana dan terjangkau untuk memproteksi risiko dalam kehidupan mereka sehari-hari. Insurtech yang berbasis digital menjadi kanal utama untuk mendorong penggunaan produk asuransi mikro yang simpel dan terintegrasi dengan platform e-commerce yang memudahkan konsumen membeli asuransi.
Asuransi mikro merupakan produk perlindungan yang dirancang dengan premi sangat terjangkau, dengan harga produk mulai dari Rp 10.000. Asuransi mikro menawarkan ragam produk asuransi yang fokus pada gaya hidup selain perlindungan kesehatan dan jiwa, seperti asuransi pengiriman untuk e-commerce, asuransi layar retak pada smartphone, serta lainnya. Dalam hal ini, insurtech memiliki keunggulan karena mempunyai fokus terhadap distribusi digital yang paling cocok dan efisien.
AI Sebagai Solusi
Teknologi kecerdasan buatan (AI) penting diterapkan perusahaan asuransi. Teknologi ini membantu mereka untuk menilai risiko, mendeteksi penipuan, serta meningkatkan produktivitas perusahaan asuransi dalam proses aplikasi dan penilaian klaim. Lemonade, misalnya, perusahaan insurtech yang berbasis di New York, Amerika Serikat membayar klaim asuransi hanya dalam waktu tiga detik. Ini merupakan pembayaran klaim tercepat dalam sejarah industri asuransi berkat algoritma AI.
Selain itu, penilaian risiko calon nasabah juga dapat lebih mudah, akurat, dan menyeluruh berkat penerapan artificial intelligence dalam mengolah data aktivitas calon nasabah yang semakin dominan di internet. Pengolahan bahasa alami pada AI memungkinkan perusahaan asuransi meneliti sumber informasi yang lebih abstrak dan relevan. Dengan ini, mereka dapat menetapkan premi lebih tepat untuk resiko yang sesuai.
Perlu diingat, penipuan menjadi masalah bagi perusahaan asuransi. Dan AI merupakan pengawas utama dalam memerangi penipuan klaim. Dengan algoritma ML (machine learning) pada AI membantu perusahaan asuransi mengetahui saat terjadi kesalahan, identifikasi penipuan yang terlewat oleh mata manusia, serta mengenali potensi ancaman sebelum menimbulkan dampak.
Dalam layanan, perusahaan asuransi saat ini menyertakan layanan chatbot pada situs resmi mereka yang mampu melayani pertanyaan, keluhan, bantuan kepada pelanggan tanpa campur tangan manusia atau tatap muka. Fungsi ini berpotensi menyelesaikan krisis pelanggan dalam sekejap dan memberikan tingkat kepuasan lebih tinggi.
Selain itu, pelanggan atau nasabah dapat mengajukan klaim asuransi, tetapi proses manualnya tidak mudah. Agen harus meninjau beberapa kebijakan dan menyisir setiap detail untuk menentukan berapa jumlah nilai pertanggungan yang akan diterima mereka. Ini bisa menjadi proses yang monoton yang digitalisasi dapat membantu.
AI dapat mengurangi waktu pemrosesan klaim dari yang semula memakan waktu berhari-hari menjadi hanya beberapa jam, atau hitungan menit saja. Selain itu, perusahaan asuransi dapat mengurangi biaya operasional akibat kesalahan proses klaim manual.
Peran AI dalam industri asuransi lebih dari sekadar alat pendeteksi penipuan. Implementasi AI dapat meningkatkan produktivitas dalam proses asuransi, pengalaman pelanggan, dan menekan biaya operasional hingga 40% pada 2030, berdasarkan laporan McKinsey.
Digitalisasi akan terus mengubah pola hidup masyarakat dalam segala hal. Industri asuransi pun harus terus beradaptasi guna memberikan perlindungan dan layanan yang seiring dengan ekspektasi nasabah. Dalam hal tersebut, peran insurtech yang bisa mendorong adopsi teknologi mutakhir, seperti machine learning dan artificial intelligence akan sangat penting dalam mendongkrak produktivitas, akurasi, serta distribusi produk yang lebih efisien untuk para perusahaan asuransi terkemuka.
Editor: Sigit Kurniawan
*Kolom ini merupakan kolom kolaborasi Marketeers x GDP