Teknologi berkembang dengan cepat. Kehadirannya hampir selalu membawa perubahan lanskap industri. Sebab itu, menguasai teknologi menjadi modal bagi sebuah negara maupun perusahaan untuk maju. Sayangnya, Indonesia mengalami kekurangan pasokan teknologi tersebut. Hal ini membuat cita-cita yang dicanangkan oleh pemerintah dalam program Making Indonesia 4.0 sedikit terhambat.
Hal tersebut mewacana dalam diskusi daring yang digelar oleh New Zealand Trade & Enterprise (NZTE)bertajuk “Industry 4.0: How smart plant technologies support efficiency, safety and competitiveness of F&B manufacturing for the global stage”.
Keterbukaan terhadap teknologi yang lebih maju oleh perusahaan asing akan membangkitkan dan meningkatkan daya saing global industri manufaktur makanan dan minuman Indonesia. Hal ini secara signifikan mendukung peningkatan efisiensi dan keselamatan pada bidang operasi pabrik, yang mana Selandia Baru unggul menerapkan teknologi pabrik pintar atau smart plant technologies.
“Selandia Baru memanfaatkan teknologi yang menggabungkan aspek fisik dan digital. Badan pemerintah dan perusahaan asing di Selandia Baru menyediakan peluang untuk mendukung manufaktur makanan dan minuman Indonesia dengan menerapkan teknologi pintar. Ini bertujuan meningkatkan efisiensi serta keselamatan operasional pabrik,” ujar Diana Permana, Komisaris Perdagangan Selandia Baru untuk Indonesia.
Menurut data dari Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPPMI) Adhi S. Lukman, 49,2% dari PDB Indonesia adalah pengeluaran makanan dan 16,9% berasal dari makanan olahan. Pertumbuhan industri makanan minuman mengalami penurunan dari 7,8% pada tahun 2019 menjadi 1,5%pada tahun 2020 akibat pandemi. Hal ini dikarenakan masih banyaknya manufaktur makanan minumanIndonesia yang beroperasi secara manual dengan kendali manusia secara penuh.
“Industri ini memainkan peran penting dalam perekonomian nasional dan pandemi COVID-19 telah menyebabkan gangguan besar dalam nilai pertumbuhan dan kompetitif secara global. Teknologi Industri 4.0 menghadirkan digitalisasi dan Human Machine Interface Inovasi tersebut akan memajukan industri makanan minuman di Indonesia dari operasional secara manual menjadi serba otomatis,” kata Adhi.
Travis Lee, Manajer Business Development Asia Tenggara dari Gallagher Security, perusahaan sistem keamanan dari Selandia Baru, menjelaskan, pandemi mendorong pengembangan cara mengukur keselamatan praktik bisnis dengan kebijakan prosedur yang lebih ketat. “Mengadopsi teknologi berbasis smart security dapat mendukung pabrik untuk mencegah dan memitigasi potensi risiko dari kontaminasi manusia, dimulai dengan penyaringan di pintu masuk, mengelola pergerakan manusia, mengelola kapasitas ruangan, hingga pelacakan kontak. Semua dikelola melalui sistem berbasis aplikasi,” kata Travis.
Terkait efisiensi energi melalui teknologi pintar, operasional pabrik di Indonesia juga sebaiknya menerapkan sistem pendingin udara dengan sistem lebih fleksibel (high flexibility air conditioning system), daripada menggunakan sistem pendingin terpusat yang digunakan saat ini.
Salah satu pertimbangan dalam mengadopsi Industri 4.0 adalah tingginya biaya investasi. Namun terlepas dari investasi tersebut, pelaku industri Indonesia dan Selandia Baru menyadari bahwa pengembalian investasi itu nyata dan kelihatan. Tidak selalu dari dilihat segi angka tetapi kualitas tentunya.
Selandia Baru merupakan pemimpin global di bidang manufaktur dan bisnis. Selandia Baru menyediakan makanan berkualitas tinggi untuk 200 negara di seluruh dunia. Peringkat pertama dari 113 negara untuk keamanan pangan, peringkat ke-8 dari 78 ekonomi untuk produktivitas, dan peringkat ke-6 dari 138 negara untuk bisnis dan inovasi.