Universitas masa kini tengah dijejali oleh generasi yang sudah sangat akrab dengan teknologi. Mahasiswa digital native nan techy itu pun sudah sangat akrab dengan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Sebagai salah satu pusat keilmuan, universitas juga perlu menetapkan sikap. Mengingat, AI memiliki potensi yang tinggi untuk bersinggungan dengan dunia akademis. Salah satunya dalam proses penyusunan karya ilmiah.
Prof. Dr. Irwan Adi Ekaputra, M.M, Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) mengatakan, FEB- UI telah menuangkan sikap itu dalam sebuah regulasi yang bersifat terbuka tapi tetap bertanggung jawab.
BACA JUGA: IBM Ungkap Tren Penggunaan Teknologi AI pada 2024
“Teknologi AI tetap kita embrace atau kita rangkul. Tidak dilarang. Kita manfaatkan AI sebagai kolaborasi antara manusia dan teknologi,” kata Irwan Adi Ekaputra kepada Marketeers, saat dijumpai di lingkungan Kantor Marketeers, Jumat (1/3/2024) di Jakarta.
Dengan begitu, seluruh sivitas akademika FEB-UI berkesempatan untuk mengoptimalkan kecerdasan buatan untuk beragam keperluan akademis. Dengan catatan, kedalaman penerapan AI tetap harus sesuai dengan rambu-rambu yang ada dalam universitas.
“AI bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan tetap menjaga etika akademis. Karenanya, kami juga telah mengantisipasi penggunaan AI yang terlalu jauh lewat software yang mampu mendeteksi penggunaan AI dalam suatu karya ilimiah,” ujarnya.
BACA JUGA: Perluas Layanan, BMRI Berkolaborasi dengan Universitas Indonesia
Meski perangkat lunak itu tak sepenuhnya akurat, tapi setidaknya software yang digunakan universitas itu menjadi bagian dalam sistem pencegahan atas penggunaan AI yang tak semestinya.
Ia menekankan, dalam menyusun suatu karya ilmiah, sivitas akademika bisa menggunakan AI. Namun, penyusun karya ilmiah itu harus mengungkapkan porsi penggunaan teknologi kecerdasan buatan tersebut.
“Jadi karya ilimiah itu harus tetap orisinal dan bukan karya hasil plagiat. AI boleh digunakan untuk mempermudah dalam mencari ide dan referensi yang relevan,” ucap dia.
BACA JUGA: Alpine Perkenalkan Digital Signal Processor 8 Channel Berteknologi AI
Agar seluruh sivitas akademika bisa merangkul kecerdasan buatan dengan bijak, maka FEB-UI juga terus mengajak seluruh sivitas akademika agar bisa menggunakan teknologi ini dengan cermat.
Sebagai ilustrasi, saat ini salah satu teknologi AI yang cukup jamak digunakan adalah teknologi chatbot Chat GPT (Generative Pre-training Transformer). Menurutnya, Chat GPT boleh digunakan karena memang mampu menawarkan kemudahan dan kecepatan.
“Tapi kita tetap harus memilah informasi yang disajikan. Mengingat, data yang dihimpun merupakan data dari internet dan belum tentu semuanya benar. Kita harus tetap memiliki kendali sehingga diperlukan wisdom,” kata dia.