PT Pembiayaan Digital Indonesia atau AdaKami perusahaan fintech lending membeberkan peran kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dengan big data dapat menjadi senjata ampuh bagi para pelaku industri keuangan untuk mencari dan mendapatkan profil calon nasabah. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk memitigasi risiko gagal bayar atau meningkatnya non performing loan (NPL).
Ming Gu, Chief Technology Officer AdaKami menjelaskan melalui pemanfaatan AI dan big data, lembaga keuangan mampu mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai calon nasabah, khususnya yang berasal dari kalangan masyarakat underserved dan underbanked. Teknologi tersebut bisa menjawab kebutuhan pemetaan profil konsumen dan manajemen risiko, yang menjadi landasan utama dalam penyediaan layanan keuangan.
BACA JUGA: Gandeng AdaKami, JD.ID Tambah Akses Pembiayaan untuk Pelanggan
“Sering kali calon peminjam hanya memiliki sedikit rekam jejak kredit formal atau bahkan tidak ada sama sekali, karena belum pernah memiliki pinjaman atau mengambil cicilan. Jika data biro kredit tidak tersedia, maka sumber data alternatif yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan kredit. Untuk melakukan penilaian dan analisis tersebut, big data menjadi teknologi yang tepat karena merupakan inti dari fintech, terutama pada aspek teknologi,” kata Ming Gu melalui keterangan resmi, Rabu (6/11/2024).
Menurutnya, teknologi ini juga sangat cocok digunakan di Indonesia dengan bentang geografis dan keragaman budaya serta latar belakang yang luas. Terlebih lagi, indeks inklusi keuangan berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru sebesar 75,02%.
BACA JUGA: Survei Populix: 65% Orang Indonesia Terjerat Pinjol
Ming Gu menyebut dengan memanfaatkan AI dan big data dapat menjadi kunci untuk menjembatani kesenjangan kredit (credit gap) dan meningkatkan inklusi keuangan secara nasional. Dengan begitu, perusahaannya menggunakan sumber data alternatif untuk menganalisis pola dan perilaku guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai skor atau profil kredit calon peminjam.
Meskipun terbilang kompleks jika dibandingkan dengan metode tradisional, proses ini memungkinkan AdaKami untuk melayani segmen masyarakat yang lebih luas secara lebih efektif, tanpa terlalu bergantung pada data biro kredit.
Selain untuk analisis pola dan perilaku, teknologi juga berperan dalam mendeteksi fraud yang merupakan bagian penting dalam mitigasi risiko pada industri fintech. AdaKami menggunakan teknologi pencegah fraud dalam mendeteksi upaya penipuan berbasis gambar, seperti manipulasi foto kartu identitas dengan menggunakan AI.
“Kami juga proaktif dalam upaya perlindungan data pribadi dengan memanfaatkan data yang didapatkan dari sumber-sumber yang sah untuk kebutuhan pemetaan profil nasabah dan mitigasi risiko. AdaKami menerapkan langkah-langkah ketat dalam menjaga privasi data guna memastikan bahwa informasi sensitif digunakan secara bertanggung jawab dan aman,” ujarnya.
Di sisi lain tanpa disadari, internet seluler telah merevolusi cara masyarakat Indonesia berkomunikasi, bahkan dalam bertransaksi perbankan. Dengan hadirnya teknologi AI dan ponsel, proses pinjam meminjam di sisi konsumen maupun penyedia layanan bisa menjadi lebih efisien dengan mitigasi risiko yang lebih baik dan bisa menjangkau masyarakat dengan riwayat kredit formal yang kurang memadai.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pesat, permintaan kredit nasional juga akan terus meningkat. Dengan memanfaatkan AI dan big data, lembaga keuangan akan lebih siap untuk memenuhi kebutuhan ini, sekaligus memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia memberikan manfaat bagi seluruh warganya, mendekatkan negara ini pada inklusi keuangan yang sesungguhnya.
“Dengan menggabungkan tingkat penetrasi internet dan smartphone yang tinggi di Indonesia, kami dapat menghadirkan akses layanan keuangan yang lebih luas kepada lebih banyak masyarakat Indonesia,” katanya.
Editor: Ranto Rajagukguk