Dalam rangka memulihkan kembali sektor pariwisata di Indonesia, beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) turut berperan terhadap pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia. MarkPlus Tourism melihat hal tersebut dan kembali menghadirkan acara The 2nd Planet Tourism Indonesia 2021.
Di sesi Partnership for Sustainable Tourism Acceleration Insights from BUMN that HELP Tourism-based BUMDES in Indonesia, hadir dua narasumber dari BUMN. Kedua narasumber tersebut menyampaikan tantangan dan peluang yang dihadapi BUMN dalam membina sektor pariwisata, khususnya BUMDES di Indonesia.
Diwangkoro A. Ratam, Vice President Corporate Secretary Group PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyampaikan bahwa sebagai penyedia jasa layanan keuangan, Mandiri mempunyai peran yang penting terhadap pengembangan sektor pariwisata. Menurut Diwangkoro, Mandiri memiliki urgensi untuk mendorong perkembangan tersebut.
Mandiri memiliki Corporate Social Responsibility (CSR) yang kini terfokus dengan 2 program unggulan. Melalui program tersebut, Mandiri memiliki 3 program didalamnya yang concern terkait dengan kewirausahaan. Program tersebut antara lain wirausaha mandiri, desa mandiri, dan kewirausahaan petani.
“Kami memberikan pelatihan pendampingan kepada UKM lokal. Kami juga bersinergi dengan BUMDES dan kelompok masyarakat yang berbeda guna mensukseskan program ini. Untuk kewirausahaan petani, kami berhubungan dengan BUMDES, kelompok tani, dan pengelola SPBT,” jelas Diwangkoro.
Dalam program kewirausahaan petani, terdapat kolaborasi antarpetani, masyarakat desa, entitas perwakilan masarakat desa, dan Gapoktan. Melalui kolaborasi, terbentuklah perseroan terbatas (PT) yang dikelola secara profesional yang mana Mandiri masuk sebagai investornya.
“Untuk menjamin kesuksesan PT ini, Bank Mandiri menempatkan orang kami di sisi direksi dan komisaris. Sementara 92,04% saham dimiliki oleh mitra BUMDES. Langkah berikutnya, kami sedang mengupayakan untuk meningkatkan saham sehingga dalam kurun waktu 4-5 tahun, petani dan masyarakat desa dapat menjadi pemilik saham mayoritas,” kata Diwangkoro.
Selanjutnya, Edy Setijono, Direktur Utama PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko memaparkan upaya BUMN PT. Taman Wisata yang sudah dilakukan di destinasi superioritas Borobudur, yaitu dengan pendekatan. Pendekatan yang digunakan adalah kolaborasi tiga sektor, yaitu konservasi, civil society, dan investasi. Ketiga hal tersebut pelu di dorong sehingga memiliki pencapaian yang bisa saling mendukung satu sama lain.
“Pertama, magnet utama Borobudur adalah cagar budaya, berarti masalah utamanya konservasi. Kedua, harus ada unsur civil society yang didukung oleh lingkungan, karena kita berada di suatu tatanan yang akan membangun ekosistem baru yang saling menguntungkan. Terakhir, investasi. Apa yang harus kita lakukan untuk membangun iklim investasi yang kondusif,” jelas Edy.
Mengenai BUMDES, Edy mengatakan ada dua hal yang menjadi tantangan dari BUMDES. Tantangan tersebut yaitu ketahanan modal BUMDES dan keterbatasan kapasitas SDM.
“Untuk modal BUMDES, kami memiliki solusi, yaitu program TJSL. Kami juga memberikan modal kepada BUMDES dengan harapan mereka bisa naik kelas dan menjadi business commercial yang lebih besar. Sedangkan mengenai kapasitas SDM, kami melakukan community development,” papar Edy.
Edy turut mengatakan bahwa BUMN juga melakukan program Balai Ekonomi Desa. Program ini sebenarnya diinisiasi oleh BUMDES, yang mana BUMN menjadi pendampingnya. Ada beberapa tahapan dalam program ini, yaitu inkubasi, startup, dan development.
“Melalui program ini, kami ingin masyarakat terlibat penuh, sehingga tujuan utama pemerataan ekonomi bisa terwujud. Harapannya setelah melalui berbagai tahap, BUMDES bisa mandiri untuk melakukan aktivitasnya ekonominya. Kami ingin mereka menjadi pelaku dalam pemgembangan destinasi supe prioritas,” tutup Edy.
Editor: Eko Adiwaluyo