Revolusi Mental sudah lama digadang-gadang sebagai langkah untuk memperbaiki kondisi Bangsa Indonesia dari krisis moral di segala bidang. Perkara mental tidak bisa dilepaskan dari paradigma, cara berpikir, maupun cara orang memandang sesuatu. Dalam hal ini, peranan filsafat mendapatkan tempat.
“Filsafat merupakan seni berpikir secara mendalam, bertanggung jawab, dan kritis. Filsafat sudah ribuan tahun berfungsi mempertanyakan tentang hal-hal mendasar, entah siapa itu manusia, bagaimana manusia hidup bersama, apa itu negara, relasi manusia dengan Tuhan, dan sebagainya,” kata Franz-Magnis Suseno SJ, Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara kepada Marketeers.
Magnis menambahkan, filsafat melakukan pekerjaannya dengan kritis, selalu membangun diskursus, saling membantah tetapi juga saling mendukung. “Sebab itu, filsafat juga membantu membongkar pemikiran sempit ideologis. Filsafat juga mempertanyakannya. Kami di STF Driyarkara ini mengharapkan dengan membawa filsafat ke dalam masyarakat, bisa mendorong proses pendidikan masyarakat supaya lebih cerdas, berpikir mendalam, tidak picik dan sempit. Selain itu, filsafat juga berguna agar semua orang dengan latar belakang yang berbeda, bisa bersama membicarakan masa depan bangsa,” tambah Magnis.
Selain itu, sambung Magnis, filsafat menjadi cara mendidik ke arah mendalam, terbuka, kritis positif, dan bertanggung jawab. Termasuk bagi orang-orang yang beragama untuk tetap beragama tetapi mampu memelihara sikap kritis sehingga tidak jatuh pada fundamentalisme.
Sementara itu, STF Driyarkara yang berdiri pada 1 Februari 1969 ini memang sejak awal didedikasikan oleh Prof. Dr. Nikolaus Driyarkara SJ untuk memajukan dan mengembangkan pengetahuan filsafat di kalangan masyarakat Indonesia. STF menjadi “cawah candradimuka” untuk generasi yang berkarakter, berintegritas intelektual, dan wawasan kemanusiaan yang universal. Selain itu, anak didiknya diharapkan juga mampu terlibat dalam pembangunan bangsa yang demokratis dan peka pada keadilan.